Bandung, Nawacita.co – Lonjakan kasus HIV-AIDS di Kota Bandung kini mendapat sorotan dari berbagai pihak.
Pasalnya, penyebab utama dari melonjaknya kasus tersebut disebut akibat hubungan dari pasangan gay atau sesama jenis.
Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Persis Kota Bandung, Biri Rachman menyampaikan keprihatinan mendalam dengan melonjaknya kasus HIV ini.
Apalagi, gay disebut-sebut jadi penyebab utama naiknya kasus tersebut.
Hal itu dikarenakan Kota Bandung sendiri merupakan kota yang cukup dikenal religius dengan masyarakat yang kreatif dan menjunjung tinggi nilai-nilai, adab, akhlak serta budaya.
“Tentu yang pertama, kami sangat menyayangkan dan sangat prihatin dengan kejadian ini. Karena mau tidak mau, Bandung kita kenal sebagai kota yang agamis, kota yang religius, kota dengan masyarakat yang kreatif, yang menjunjung tinggi nilai-nilai, adab, akhlak, dan budaya,” ungkap Biri saat dikonfirmasi, Jumat (1/8/2025) malam.
Biri menilai, pemerintah perlu melakukan penguatan dan langkah-langkah pencegahan yang preventif dan edukatif dalam penanggulangan HIV-AIDS.
“Kami kira, dalam upaya penanggulangan HIV-AIDS, kita tidak bisa hanya mengandalkan upaya-upaya kuratif dan rehabilitatif saja, walaupun tentu itu sangat penting. Tapi yang tidak kalah penting adalah upaya-upaya preventif dan edukatif,” jelasnya.
Biri menyebut, salah satu akar persoalan di kalangan anak muda Bandung saat ini adalah hilangnya standar moral dalam kehidupan sosial.
Hal itu terlihat dari unggahan media sosial yang memperlihatkan agenda-agenda yang tak seharusnya dipertontonkan.
“Seperti misalnya pergaulan bebas, free sex, disorientasi seksual, atau LGBT. Itu ya seakan-akan dinormalisasi. Apalagi dengan zaman media sosial hari ini, bagaimana orang-orang mempertontonkan hal-hal tersebut, itu dengan tanpa ada perasaan bersalah, bahkan disupport oleh banyak orang,” bebernya.
Menurut dia, hal itu menjadi salah satu pintu penyebab utama dalam penyebaran HIV-AIDS. Padahal dalam agama pun sudah dilarang.
“Padahal kalau kita sepakat Bandung itu kota agamis dan religius, itu dalam agama sudah sangat jelas bagaimana larangan untuk mendekati zinah. Mendekati saja sudah tidak boleh, apalagi berzinahnya,” ujar Biri.
Ia pun mengajak semua pihak, termasuk stakeholder pemerintahan, instansi kesehatan dan pendidikan, hingga para influencer untuk bersama-sama memberikan edukasi kepada masyarakat.
“Kami tentu mengajak kepada seluruh pihak untuk sama-sama memberikan edukasi, memberikan langkah-langkah preventif kepada masyarakat tentang bagaimana pola hidup yang baik, terkhusus dalam hal-hal yang sifatnya seksual tadi,” tambah Biri.
Tak hanya itu, ia juga menilai pentingnya tempat-tempat rehabilitasi yang nyaman bagi para korban, sehingga penularan penyakit tersebut dapat dihentikan.
“Tentu kita harus menjadi orang yang tegas ketika memang terjadi kemaksiatan, terkhusus bagi para pelaku. Tapi juga kita menjadi tempat yang nyaman untuk merehabilitasi para korban, ketika memang sudah terjadi,” jelasnya.
Biri berharap fenomena ini bisa menjadi peringatan bagi semua pihak untuk kembali memperkuat nilai moral dan spiritual masyarakat.
“Mudah-mudahan kejadian ini bisa menjadi ibroh bagi kita untuk bisa membangun Kota Bandung yang lebih baik lagi kedepannya,” pungkasnya.
Reporter : Niko


