Wednesday, December 24, 2025
HomeMENTERIKekurangan Cabai Besar Jadi Pemicu Inflasi, Jawa Timur Masih Defisit 2.318 Ton

Kekurangan Cabai Besar Jadi Pemicu Inflasi, Jawa Timur Masih Defisit 2.318 Ton

JAKARTA, nawacita – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri Komisaris Jenderal Polisi Tomsi Tohir, menyoroti persoalan inflasi yang dipicu oleh belum seimbangnya ketersediaan dan kebutuhan cabai besar di sejumlah daerah. Salah satu daerah yang menjadi perhatian adalah Provinsi Jawa Timur, yang hingga pertengahan 2025 masih mengalami defisit pasokan.

Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Pertanian, produksi cabai besar di Jawa Timur tercatat hanya sebesar 118.562 ton. Sementara itu, kebutuhan masyarakat terhadap komoditas hortikultura ini mencapai 120.880 ton. Artinya, terdapat kekurangan sebesar 2.318 ton yang belum mampu dipenuhi oleh produksi lokal.

“Cabai besar merupakan komoditas yang sangat sensitif terhadap fluktuasi harga, sehingga defisit sekecil apa pun bisa berdampak besar terhadap pasar,” ujar Tomsi Tohir saat rapat pengendalian inflasi via online, Selasa (29/7/2025).

- Advertisement -

Pemerintah provinsi maupun kabupaten kota harus menggerakkan masyarakatnya untuk menanam cabai. “Kalau daerah yang merah ini menggerakkan masyarakatnya untuk menanam cabai, tentu tidak ada yang merugi,” ujar Tomsi Tohir.

Selain Jawa Timur juga terdapat provinsi yang minus produksi daripada kebutuhan dengan angka sangat besar. Diantaranya adalah Provinsi Banten, minus 56.157 ton. Kemudian Provinsi Riau minus 51.4444 ton. “Ini contoh, bali, jawa timur minusnya sekian ribu ton kami minta perhatian untuk daerah ini dibuatkan skema apa yang bisa dibantu kementerian dan apa yang disiapkan provinsi, nanti kita rapatkan khusus,” tegasnya.

Kemendagri Inflasi
Sekjen Kemendagri memimpin rapat Pengendalian Inflasi Daerah, Selasa 19/7/2025.

Tomsi Tohir juga menyebut bahwa secara nasional, ketahanan pasokan cabai besar harus menjadi perhatian lintas sektor, terutama menjelang momen-momen besar seperti hari besar keagamaan atau masa panen yang tidak seragam antar daerah. Ia mendorong pemerintah daerah dan pelaku usaha tani untuk memperkuat manajemen produksi dan distribusi.

“Perlu ada peningkatan koordinasi antara pusat dan daerah, termasuk penguatan kelembagaan petani serta optimalisasi peran teknologi untuk memantau dan mengantisipasi gejolak pasokan,” jelasnya.

Kementan, lanjut Tomsi Tohir saat ini tengah menyiapkan skema penguatan kawasan sentra cabai, peningkatan akses pembiayaan petani, serta pemanfaatan digitalisasi dalam rantai pasok hortikultura. Ia optimistis jika langkah-langkah ini diimplementasikan secara konsisten, maka gap antara produksi dan kebutuhan dapat ditekan, sehingga turut menurunkan tekanan inflasi. bdo

 

Riko Abdiono
Riko Abdionohttp://rikolennon24.blogspot.com
Penulis adalah Jurnalis sejak 2004 di Harian Surabaya Pagi
RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Terbaru