Tuesday, December 23, 2025
HomeDAERAHJABARBawa Bus di Depan Gedung Sate, Ribuan Serikat Pekerja Pariwisata Demo Cabut...

Bawa Bus di Depan Gedung Sate, Ribuan Serikat Pekerja Pariwisata Demo Cabut Larangan Study Tour

Bawa Bus di Depan Gedung Sate, Ribuan Serikat Pekerja Pariwisata Demo Cabut Larangan Study Tour

Bandung, Nawacita – Ribuan massa aksi yang tergabung dalam Serikat Pekerja Pariwisata menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung Sate Bandung pada Senin, 21 Juli 2025.

Aksi tersebut digelar sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi terkait pelarangan study tour bagi siswa sekolah. Kebijakan tersebut tertera dalam Surat Edaran Nomor 45/PK.03.03 KESRA Tahun 2025.

Para massa aksi menuntut agar Dedi Mulyadi mencabut aturan tersebut khususnya pada point nomor tiga yang melarang sekolah menyelenggarakan piknik atau wisata pendidikan yang dibalut dalam bentuk study tour karena dianggap menambah beban biaya bagi orang tua murid.

- Advertisement -

“Kami hanya meminta satu hal: cabut poin 3 dalam surat edaran itu. Ini sangat memberatkan para pelaku wisata karena study tour adalah salah satu sumber penggerak roda ekonomi pariwisata,” tegas Nana Yohana, Koordinator Lapangan Solidaritas Pekerja Pariwisata Jawa Barat.

Sambil membawa puluhan bus, 4000 massa aksi tersebut membunyikan klakson bersahutan sembari meneriakan kata “Cabut!” sebagai bentuk ungkapan tuntutan mereka terhadap Dedi Mulyadi. Berbagai spanduk dan poster bernada protes dengan tulisan “Jangan Matikan Wisata Kami”, “Kami Bukan Musuh Pemerintah”, dan “Cabut Surat Edaran Nomor: 45!” juga tampak dibentangkan dan menghiasi halaman kantor gubernur Jawa Barat itu.

Suasana terkini Gedung Sate Bandung yang dipenuhi massa aksi Serikat Pekerja Pariwisata yang melayangkan tuntutan kepada Dedi Mulyadi. Foto: Nawacita/Niko.

Aksi tersebut digalang oleh Solidaritas Para Pekerja Pariwisata Jawa Barat (P3JB), yang anggotanya mencakup pemandu wisata, sopir dan kru bus pariwisata, pengelola destinasi, pelaku seni budaya, UMKM, pemilik biro perjalanan, hingga pengrajin oleh-oleh.

Menurut mereka, kebijakan yang tertuang dalam SE Nomor 45 telah menyebabkan lonjakan pembatalan wisata, penurunan tajam kunjungan, hingga macetnya roda ekonomi di berbagai daerah wisata.

“Kami tidak anti kebijakan. Tapi tolong, libatkan kami dalam menyusun aturan yang dampaknya langsung ke dapur kami,” cetus dia.

Nana menuturkan bahwa pihaknya meminta agar Dedi Mulyadi untuk hadir dan berdialog langsung dengan para pekerja. Mereka ingin agar pemerintah mendengar suara dari lapangan sebelum membuat kebijakan yang berpengaruh luas terhadap kehidupan masyarakat.

“Wisata bukan sekadar bisnis. Ini soal keberlangsungan hidup di desa-desa kami. Jangan ubah harapan menjadi keputusasaan dengan aturan yang tak melibatkan kami,” kata Nana.

Baca Juga: Beras Oplosan Diduga Masih Beredar, Disperindag Jabar Lakukan Uji Lab dan Pengawasan Ketat

Ia memperingatkan, jika aspirasi mereka tidak direspons oleh Gubernur, maka gelombang aksi akan berlanjut dengan kekuatan massa yang lebih besar.

“Ini baru 10 persen dari kekuatan kami. Jika tidak ditanggapi, kami akan kembali dengan jumlah yang jauh lebih besar,” ujarnya dengan nada tegas.

Lebih lanjut, ia juga menekankan pentingnya peran sektor pariwisata sebagai tulang punggung ekonomi daerah dan nasional.

“Jangan remehkan kekuatan pariwisata. Ini bukan soal piknik, ini soal mata pencaharian dan penyumbang devisa negara,” tandasnya.

Hingga saat ini, aksi demonstrasi masih berlangsung dan barisan massa mulai merapat ke gerbang utama Gedung Sate. Namun belum satupun dari pihak Pemprov Jawa Barat yang menemui mereka untuk.berdialog terkait tuntutan yang dilayangkan.

Reporter: Niko

RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Terbaru