Wednesday, December 24, 2025
HomeHukumPengakuan Profesor Sofian Effendi Mantan Rektor UGM Dinilai Bentuk Intimidasi

Pengakuan Profesor Sofian Effendi Mantan Rektor UGM Dinilai Bentuk Intimidasi

Pengakuan Profesor Sofian Effendi Mantan Rektor UGM Dinilai Bentuk Intimidasi

JAKARTA, Nawacita – Pengakuan Profesor Sofian Effendi, Analis politik sekaligus Direktur Riset Trust Indonesia Ahmad Fadhli menekankan, mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Profesor Sofian Effendi selama ini punya banyak legacy dan portofolio di bidang riset maupun di bidang lainnya sesuai keilmuannya.

Hal itu disampaikan Fadhli menanggapi pernyataan Sofian Effendi yang menyebut Presiden ke-7 RI Joko Widodo tidak pernah lulus sebagai sarjana dari UGM karena nilainya tidak cukup, sehingga tidak punya ijazah sarjana Kehutanan UGM. Namun diketahui Sofian Effendi kemudian mendadak menarik pernyataannya tersebut soal dugaan ijazah palsu Jokowi.

“Nah kalau kita melihat apa yang disampaikan oleh Sofian Effendi itu, saya kira seorang guru besar dan rektor yang profesor itu harusnya dia berbicara secara independen. Jadi apa yang di awal disampaikan di saluran YouTubu oleh Sofian Effendi saya kira itu adalah pernyataan yang sangat alamiah dan cukup independen,” kata Fadhli kepada media di Jakarta, Jumat (18/7/2025).

- Advertisement -

“Namun kenapa pernyataan itu ditarik kembali? Saya kira ini merupakan bentuk intimidasi bagi kalangan akademisi yang menimbulkan ketakutan, dan saya pikir apa yang disampaikan oleh Profesor Sofian Effendi itu harus ditelusuri kebenarannya, harus diusut dan dilawan ketakutannya,” sambung dia.

Baca Juga: 18 Ijazah Kembali ke Pelukan Pemilik! Wabup Sidoarjo Amankan Hak Pekerja

Sebab, tegas Fadhli, apa yang disampaikan oleh Sofian Effendi sebagai seorang profesor sudah dipikirkan terlebih dahulu, namun kenapa tiba-tiba ucapannya di kanal YouTube tersebut dan juga diberitakan oleh media online tiba-tiba ditarik.

Pengakuan Profesor Sofian Effendi
Pengakuan Profesor Sofian Effendi Mantan Rektor UGM Dinilai Bentuk Intimidasi.

“Saya pikir mungkin saja sudah ada intimidasi dari pihak yang merasa Pak Jokowi disudutkan dengan pernyataan tersebut dan saya pikir sebuah kebohongan harus diungkap karena kebohongan jika ditutupi maka akan menimbulkan kebohongan-kebohongan lainnya,” ujar Fadhli, menekankan.

Menurut dia, tidak ada salahnya kalau Jokowi mengakui memang hanya lulusan sarjana muda atau diploma 3 dan bukan lulusan S1 atau sarjana. “Saya kira itu bukan sesuatu yang salah karena aturan di undang-undang seorang untuk menjadi presiden itu harus lulusan SMA. Jadi kalau Pak Jokowi misalnya dia hanya sarjana muda tapi dia lulusan SMA tapi tidak ada masalah,” tutur Fadhli.

Dengan begitu, kata Fadhli, maka sebaiknya Jokowi segera menunjukkan saja ijazah aslinya karena kalau berbohong tidak hanya menimbulkan kebohongan lainnya tapi juga menimbulkan intimidasi kepada pihak-pihak lainnya.

“Kenapa? karena kita bisa melihat bahwa ternyata hari ini Pak Jokowi itu masih berkuasa masih punya relasi kuasa terhadap UGM, kampus yang notabene Harusnya menjadi kampus yang independen kalangan akademisi,” ujar Fadhli.

Lebih lanjut dia kembali menegaskan bahwa arti independen itu tidak mudah diintervensi oleh pihak manapun termasuk oleh pemerintah. “Walaupun memang di negara kita yang menjadi persoalan utama adalah dana kampus itu masih diambil dari negara,” jelasnya.

Ia mencontohkan kalau di negara-negara lain seperti di kawasan Timur Tengah dan di negara-negara Eropa termasuk di Inggris kampus-kampusnya independen. “Para dosen, akademisi itu berbicara sesuai dengan hati nurani sesuai dengan hasil riset atau pengalaman yang didapatkan dari sebuah proses pembelajaran,” ungkapnya.

inhnws.

RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Terbaru