Isu Beras Oplosan Bikin Pedagang dan Pembeli Was-Was
Bandung, Nawacita – Isu adanya beras oplosan yang beredar di masyarakat masih terus bergulir. Isu tersebut pertama kali diungkap oleh Tim Kementerian Pertanian dari hasil pemeriksaan bersama Satgas Pangan Polri.
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ditemukan bahwa sebanyak 212 merek beras diduga dioplos serta melanggar standar mutu. Dugaan beras oplosan tersebut dinilai merugikan konsumen secara kualitas dan menyebabkan kerugian ekonomi yang diperkirakan mencapai Rp 99 triliun per tahun.
Isu tersebut rupanya mendapat banyak tanggapan dari para pedagang beras serta masyarakat. Seperti yang diungkapkan Rahmat (50) seorang penjual beras di Pasar Tradisional Kosambi Kota Bandung.
Rahmat mengaku pernah ditawari oleh beberapa sales produk untuk menjual beras dengan merek yang diduga telah dioplos.
“Sering itu ada, malahan saya pernah ngalamin barang-barang itu, pernah masuk, udah lama jadi, ya saya juga, ya kebetulannya, mungkin, ya, apa, dilindungi lah, gitu lah. Bahwa barang-barang itu, emang sih dalam segi kemasan emang menarik,” ungkap Rahmat saat diwawancarai di Pasar Kosambi Kota Bandung, Rabu (16/7/2025).
Namun beberapa merek yang diduga beras oplosan itu sudah tidak pernah ia jual lagi. Selain karena diduga beras oplosan, dirinya juga mengaku kecewa dengan beberapa merek tersebut.

“Pernah saya ditawarin barang-barang itu, tapi saya nggak ada ini. Karena saya pernah ngerasa kecewa sama barang-barang itu,” kata dia.
Sebelumnya, pemerintah sendiri sendiri telah merilis beberapa merek beras yang diduga melakukan pengoplosan. Beberapa produk beras tersebut ditawarkan kepada para pedagang dengan kemasa lima kilogram. Namun beberapa penjual mengaku menolak tawaran tersebut.
Rahmat berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan kembali terkait peredaran beras di pasaran. Terlebih saat ini telah ditemukan adanya beras oplosan yang berpotensi membuat pembeli kecewa.
“Ya tanggapan saya sih dari segi positif negatifnya, positifnya, ya itu harus lebih perhatian lagi lah, pemerintah, harus ada kontrol kepada penjual pedagang beras itu,” ucap Rahmat.
Meski demikian para pedagang sendiri mengaku, adanya isu beras oplosan tidak mengurangi jumlah penjualan. Justru adanya isu tersebut membuat penjualan cukup meningkat.
“Positifnya, ya untuk pasar tradisional jadi si yang konsumen itu, banyak yang beralih ke pasar tradisional,” papar dia.
Baca Juga: Beras Oplosan Diduga Masih Beredar, Disperindag Jabar Lakukan Uji Lab dan Pengawasan Ketat
Hal itu dikarenakan beberapa produk beras yang diduga dioplos itu lebih banyak dijual di pasar modern dan supermarket. Sementara di pasar tradisional sendiri jarang menjual beras dengan kemasan lima kilogram.
“Jadi kepercayaannya itu, jadi menipis, ya beras-beras yang itu kan barang-barang yang dijual, oplosan itu kebanyakan di pasar modern, supermarket. Kalau di pasar tradisional kan, jarang-jarang yang dapet yang dijualan itu, yang pakai,” tutur Rahmat.
Rahmat juga mengungkap bahwa sejak adanya isu tersebut penjualannya menjadi naik hingga 60 persen dari hari-hari biasa. Hal itu dikarenakan banyaknya masyarakat yang beralih membeli beras ke pasar tradisional.
“Ya lumayan, ada sekitar 4 sampai 60 persen,” cetus dia.
Sementara itu, adanya isu beras oplosan sendiri justru membuat resah sebagian pembeli. Salah satunya seperti yang dirasakan oleh Elisa (32) yang mengaku resah karena beras yang biasanya mereka beli ternyata dioplos dengan kualitas yang tidak sesuai.
“Sangat disayangka sih ya maksudnya kalau ada penjual yang bisa stega itu buat karena kan beras itu kan makanan utama masyarakat Indonesia kan,” ungkap Elisa.
Mereka juga menyayangkan dioplosnya beras premium dan medium. Terlebih beras sendiri merupakan makanan pokok yang biasa dibeli oleh masyarakat.
Baca Juga: Daftar Merek Beras yang Diduga Oplosan Temuan Kementan
“Jadi sayang banget kalau kita udah beli dengan kualitas yang bagus gitu niat beli yang premium yang kualitasnya terbaik, ternyata di balik itu dioplos gitu jadi sangat disayangkan,” beber dia.
Apalagi beras yang dioplos diduga dikemas dengan kemasan lima kilogram. Hal itu membuat dirinya semakin resah karena dirinya juga biasa membeli beras dengan kemasan langsung lima kilogram.
“Karena saya di rumah, di dalam satu keluarga, jadi biasanya langsung yang yang sepackaging gitu yang lima kilo. Jadi tinggal beli aja,” kata Elisa.
Menurutnya, isu ini sendiri menjadi peringatan bagi dirinya sebagai pembeli beras agar lebih berhati-hati dalam memilih beras yang akan dibeli.
“Sejauh ini karena saya juga baru tahu isu ini jadi ya mungkin jadi concern kedepannya kali ya buat ngecek lagi kualitas berasnya, jadi pembanding jadi awalnya beli beras yang merek ini bagus ga? terus kalau merek yang lain gimana? jadi buat pembanding,” tutup dia.
Reporter: Niko


