Surabaya, Nawacita – Kurangnya jumlah tenaga pendidik atau guru sekolah di Kota Surabaya menjadi polemik tersendiri, utamanya Guru Pendamping Khusus (GPK) bagi anak-anak inklusi.
Walikota Surabaya, Eri Cahyadi menyampaikan bahwa kebutuhan jumlah guru bagi anak inklusi menjadi tantangan bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Sebab, menjadi GPK bukanlah hal yang mudah dilakukan. Tenaga didik yang akan mengajar anak inklusi perlu diberikan pelatihan khusus agar mampu menangani anak-anak istimewa.
“Kalau guru yang inklusi memang tidak mudah ya, karena kita juga sudah membuka untuk guru inklusi dan menunggu untuk yang mendaftar, memang inklusi ini agak berat gurunya, tidak sembarangan orang,” kata Eri usai pengukuhan PGRI Surabaya, Jumat (11/7/2025).
Baca Juga:Â Sederet Komitmen Walikota Eri dalam Sejahterahkan Guru di Surabaya
Untuk memfasilitasi anak-anak inklusi, Pemkot Surabaya juga telah memiliki wadah yakni Rumah Anak Prestasi yang merupakan lembaga pendidikan yang memberikan perhatian khusus dan dukungan terhadap anak-anak dengan disabilitas. Serta bertujuan untuk memberikan pendidikan inklusif yang berkualitas dan dukungan holistik kepada anak-anak dengan disabilitas.
“Tapi kita sudah bergerak bersama nanti dan sudah mengajak beberapa yang akan menjadi bagian. Karena itu kalau di Rumah Anak Prestasi kita sudah ada guru-guru inklusinya,” jelasnya.
Walikota Eri berharap orang tua yang memiliki anak inklusi agar mampu memanfaatkan fasilitas Rumah Anak Prestasi yang telah disediakan untuk dapat meningkatkan pendidikan inklusif di luar waktu jam sekolah. Selain itu Pemkot Surabaya juga berkomitmen untuk terus menambah tenaga pendidik bagi anak inklusi.
“Jadi saya berharap di situlah kita bisa berkolaborasi, nanti dari anak-anak yang inklusi bisa masuk ke tempat kami, ke Rumah Anak Prestasi. Nanti kita juga akan bersinergi dengan guru-guru inklusi yang ada. Kalau masih kurang (jumlahnya), ya ditambah,” tegasnya.
Reporter : Gio


