Wednesday, December 24, 2025
HomeSTARTUPPendidikanAlarm Inflasi IPK, Pengamat Soroti Fenomena Nilai Cumlaude Tapi Kompetensi Lulusan Diragukan

Alarm Inflasi IPK, Pengamat Soroti Fenomena Nilai Cumlaude Tapi Kompetensi Lulusan Diragukan

Alarm Inflasi IPK, Pengamat Soroti Fenomena Nilai Cumlaude Tapi Kompetensi Lulusan Diragukan

Surabaya, Nawacita.co – Di balik senyum bangga para wisudawan dan lembaran transkrip bernilai tinggi, tersimpan fenomena yang mulai mendapat sorotan inflasi IPK (Indeks Prestasi Kumulatif). Angka IPK mahasiswa Indonesia terus menanjak dari tahun ke tahun.

Wakil Rektor Bidang Akademik Petra Christian University (PCU), Juliana Anggono, menuturkan tren kenaikan IPK nasional mulai terlihat signifikan sejak pandemi COVID-19. Perubahan sistem pembelajaran ke arah digital memberi peluang baru, namun juga membuka ruang risiko.

“Bisa jadi ada peningkatan kapasitas belajar karena digitalisasi pembelajaran. Tapi kita juga harus waspada pada validitas nilai akibat risiko inflasi akademik,” ujar Juliana.

- Advertisement -

Menurutnya, masalah utama yang mencuat adalah ketidaksejajaran antara nilai akademik dan kompetensi nyata lulusan. Juliana menekankan bahwa IPK bukan satu-satunya indikator kualitas mahasiswa.

Baca Juga: PCU Pamerkan Ratusan Karya Desain Interior To Infinity and Beyond di IDE+ 2025

Standar penilaian yang longgar, rubrik asesmen yang tidak seragam, hingga kurangnya uji kompetensi yang ketat menjadi penyebab utama inflasi IPK. Padahal, menurutnya, dunia kerja saat ini menuntut kemampuan konkret: berpikir kritis, pemecahan masalah, kolaborasi, dan adaptasi.

“Lulusan dengan predikat cumlaude pun belum tentu siap menghadapi tantangan profesional jika tidak dibekali soft skill yang memadai,” tegasnya.

Juliana menambahkan sistem Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) seharusnya menjadi jalan keluar, karena membuka ruang belajar yang lebih kontekstual melalui magang, riset, hingga aktivitas sosial. Namun, menurut Prof. Juliana, implementasinya belum ideal.

Baca Juga: Going Home: Konflik Keluarga dan Spiritualitas di Panggung PCU

Ia memandang banyak dosen belum mendapat pelatihan memadai untuk menyusun asesmen di luar ruang kelas, sehingga kualitas pembelajaran dan nilai antar kampus bisa sangat timpang.

“Perlu monitoring yang holistik. Tidak cukup hanya membuat program, tapi harus ada evaluasi menyeluruh—mulai dari pelatihan dosen hingga asesmen eksternal dari industri,” ujarnya.

Di tengah gelombang inflasi IPK, tantangan terbesar pendidikan tinggi di Indonesia bukan hanya mengendalikan angka, tapi memastikan setiap digit IPK berdiri di atas fondasi kompetensi dan karakter yang kuat.

Prestasi sejati bukan hanya soal nilai, melainkan tentang kesiapan menghadapi dunia nyata—dengan kepala yang cerdas, hati yang tangguh, dan jiwa yang peduli.

Reporter: Alus

RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Terbaru