Tuesday, December 23, 2025
HomeDAERAHJABARIsu Penambahan Rombel Rugikan Sekolah Swasta, KDM: 400 Ribu Siswa Tak Tertampung...

Isu Penambahan Rombel Rugikan Sekolah Swasta, KDM: 400 Ribu Siswa Tak Tertampung di Sekolah Negeri

Isu Penambahan Rombel Rugikan Sekolah Swasta, KDM: 400 Ribu Siswa Tak Tertampung di Sekolah Negeri

Bandung, Nawacita – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi memberikan sorotan terhadap isu penambahan rombongan belajar di sekolah negeri yang diisukan membuat sekolah swasta kehilangan siswa dan merugi.

Dedi menyebut, masih ada sekitar 400 ribu lebih siswa yang tidak bisa ditampung oleh sekolah negeri. Hal itu didapat dari perhitungan rasio yang sudah dilakukan saat menetapkan kebijakan penambahan rombel di sekolah negeri sebanyak 50 siswa per kelas.

“Masih ada 400 ribu lebih yang tidak bisa ditampung di sekolah negeri. Jadi masih banyak siswa ini. Masih banyak siswa ini. Apalagi sekolah swasta favorit, sudah full. Mereka sudah tidak buka pendaftaran lagi,” kata Dedi saat ditemui di Kodam III Siliwangi, Jumat (4/7/2025) petang.

- Advertisement -

Dedi mengungkap, bahwa saat ini telah terjadi perputaran persepsi di masyarakat. Persepsi tersebut terkait daya tampung sekolah. Masyarakat menganggap daya tampung sekolah di daerah terpencil rendah sementara daya tampung sekolah di perkotaan tinggi.

Baca Juga: Agar Tak Rugi Terus, Dedi Mulyadi Rencanakan BIJB Kertajati jadi Bandara Haji dan Umrah

“Pemahaman orang bahwa yang siswanya itu banyak di daerah terpencil. Yang daya tampungnya rendah di daerah terpencil. Yang daya tampungnya banyak di kota besar,” ungkap Dedi.

Menurut Dedi, persepsi tersebut berbanding terbalik dengan kondisi yang ada. Sekolah terpencil rata-rata lebih memiliki fasilitas dan sarana yang relatif baik. Hal itu karena pembangunan sekolah di daerah terpencil tidak berdasarkan jumlah penduduk.

“Terbalik. Di daerah terpencil, fasilitas pendidikannya relatif baik. Sekolahnya relatif tidak terlalu penuh Karena apa? Karena dulu membangun sekolahnya satu kecamatan satu. Satu kecamatan dua. Tidak menghitung jumlah penduduk,” beber dia.

Dedi menjelaskan, kondisi sebaliknya justru terjadi di perkotaan. Sekolah di perkotaan dibuat berdasarkan jumlah penduduk, sehingga membuat jumlah sekolah selalu kurang sebab pertumbuhan penduduk yang cepat di perkotaan.

“Justru kekurangan sekolah menengah itu terjadi di mana? Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Termasuk kota Bandung , Kabupaten Bandung. Kenapa? Dulu membuat sekolah tidak didasarkan pada jumlah penduduk pada sebuah wilayah,” jelas Dedi.

Baca Juga: Dedi Mulyadi Ubah Nama RSUD Al Islam jadi RSUD Welas Asih

Lebih lanjut, Dedi menerangkan bahwa adanya persepsi di atas membuat jumlah peminat di sekolah terpencil semakin sedikit. Bahkan dirinya menemukan hanya ada 11 siswa di satu sekolah SMA di Kabupaten Cianjur.

Dedi menuturkan, rasio perhitungan penambahan rombel sendiri nantinya tidak akan merata satu kelas 50 siswa. Namun akan ada juga yang 30 atau hanya 20 siswa menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

“Nah ini yang harus menjadi kajian kita sehingga angka 50 itu bisa jadi ada yang satunya 50. Ada yang lain hanya 30 atau 20. Bahkan ada SMA yang akan segera merger oleh saya karena muridnya cuma 11 . Yang daftar cuman 11, kayak kemarin kasus yang di SMA Negeri 1 Ciasem,” tutur Dedi.

“Jadi yang nanti muridnya 50 itu nanti ditambah bangunannya sehingga nanti ada 35.Ada 30. Ada 25. Itu rasionya seperti itu,” tutup dia.

Reporter: Niko

RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Terbaru