Peringati Tragedi 13 Mei, Eks Jamaah Islamiyah Imbau Masyarakat Waspadai Radikalisme
Surabaya, Nawacita | Hal menarik terjadi saat peringatan kejadian bom bunuh diri yang terjadi pada 13 Mei 2018 diselenggarakan di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela (SMTB), Selasa (13/05/2025) malam.
Mohamad Nasir bin Abas, mantan Mantiqi III pada organisasi Jemaah Islamiah (JI), yang turut hadir pada kegiatan tersebut menceritakan alasannya tidak lagi memilih jalan radikal yang sebelumnya ia jalani.
“Berhenti ya karena ini semua bertentangan dengan agama dan bertentangan dengan hati nurani, kita harus saling menghargai perbedaan,” ucapnya.
Mantan narapidana kasus terorisme (napiter) itupun menjelaskan masih banyak pihak yang berpikiran radikal mengatasnamakan agama dikarenakan memiliki pemahaman yang salah.
Baca Juga: Gereja Santa Maria Tak Bercela Gelar Misa Peringati Peristiwa Bom 13 Mei
“Teman-teman yang saat ini masih berpikiran radikalis itu memang mereka mengatasnamakan agama, tetapi keliru salah, ya artinya bukan agama yang menyuruh ya tetapi mereka salah memahami dan akibat dari mereka tidak punya hati nurani yang membawa agama untuk pembenaran kehidupan mereka,” ujarnya.
Nasir Abas, sapaan akrabnya turut mengapresiasi adanya pelaksanaan peringatan pengeboman 13 Mei 2018 yang terjadi di Kota Surabaya, menurutnya kegiatan tersebut penting sebagai pengingat masyarakat bahwa ancaman dari radikalisme masih ada.
“Acara peringatan ini sangat penting. Walaupun kita mengetahui aparat sudah bekerja keras yang membuat negara aman, yang dua tahun ini berturut-turut kita zero attack. Tetapi bukan berarti penyebaran paham itu berhenti. Zero attack itulah keberhasilan aparat dalam menjalankan tugas mengamankan,” ungkapnya.
“Maka kita berharap bahwa jangan sampai terjadi, dengan ada acara ini, masyarakat tetap berwaspada, tetap menjaga diri, dan jangan terpengaruh hal-hal yang membawa kepada kebencian, permusuhan, tidak bertoleransi dan menghargai yang lain,” imbuhnya.
Baca Juga: Doa Bersama Lintas Agama Iringi 7 Tahun Bom 13 Mei Di Kota Surabaya
Ia pun meminta masyarakat agar selalu waspada kepada dirinya masing-masing ataupun kepada lingkungan, sebab potensi penyebaran paham radikalisme makin mudah di era digitalisasi yang makin maju.
“Jangan sampai ada yang terpapar, karena lewat media sosial, lewat internet, paham-paham itu tersebar. Bisa jadi orang bisa terekrut sendiri. Akibat dari apa yang dia baca, dia lihat, dia nonton,” tuturnya.
Harapannya dengan adanya kegiatan deradikalisasi serta peningkatan kewaspadaan masyarakat, tidak ada lagi kejadian seperti yang terjadi di Kota Surabaya pada 13 Mei 2018.
“Kita berharap jangan sampai ada lagi yang menjadi korban. Jangan sampai dari keluarga kita, orang yang kita sayangi yang kemudian menjadi korban. Karena ini semua adalah menyakitkan,” pungkasnya.
Reporter : Rovallgio


