Doa Bersama Lintas Agama Iringi 7 Tahun Bom 13 Mei Di Kota Surabaya
Surabaya, Nawacita | Peringatan kejadian bom yang terjadi pada 13 Mei 2018 diselenggarakan di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela (SMTB), Selasa (13/05/2025).
Kejadian bom 13 Mei meledak di tiga gereja, yakni Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro, dan GPPS Sawahan. Bom tersebut diledakkan oleh satu keluarga, Dita Oepriarto (48) beserta istri Puji Kuswati (43), dan keempat anak Famela Rizqita (9), Fadhila Sari (12), Firman Alim (16), dan Yusuf Fadhil (18) turut serta dalam bom bunuh diri.
Selain bom pada tiga gereja, juga berlangsung beberapa ledakan lainnya, diantaranya di rumah susun Wonocolo. Serangan bom bunuh diri terjadi pada Polrestabes Surabaya yang dilakukan oleh empat orang dengan dua sepeda motor yang dilakukan satu keluarga Tri Murtiono (50) bersama istrinya Tri Ernawati (43) dan ketiga anaknya, namun hanya satu anak yang tak tewas.
Pelaksanaan peringatan dimulai dengan pelaksanaan misa yang dilanjutkan dengan refleksi, mimbar bebas serta doa bersama yang ditutup dengan pemberkatan pada pohon yang rencananya akan ditanam di lokasi meledaknya bom.
Beberapa organisasi turut hadir sebagai inisiator dalam kegiatan tersebut diantaranya Pemuda Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia Wilayah Jawa Timur (P-PGIW-JATIM), Gusdurian Surabaya, Pusat Pastoral Kaderisasi Keuskupan Surabaya, Roemah Bhinneka, Setara institute, Komisi Sosial Keuskupan Surabaya, Komisi Kerasulan Umum Keuskupan Surabaya, Idenera, dan Yayasan Rahmatan Lil’alamin.
“Peringatan ini diadakan karena ini adalah salah satu gereja yang terdampak ya pada peristiwa bom 13 Mei,” ucap Wicaksana Isa, Ketua Pelaksana Peringatan.

“Kita merasa bahwa dengan hadir di ruang ini, baik secara simbolik maupun konkret menghadirkan komitmen untuk benar-benar setia untuk korban, hadir buat mereka. Juga terus mengingat pengorbanan mereka supaya kita juga bisa merefleksikan gimana sih hidup bersama ke depan ini nantinya,” tambahnya.
Pelaksanaan peringatan pengeboman 13 Mei bukanlah kali pertama diadakan, pada 2024 dilaksanakan di tempat yang sama yakni Gereja Katolik SMTB, sedangkan pada 2023 digelar di GKI Diponegoro.
“Kalau 2 tahun lalu kita sudah pernah melakukan peringatan itu di GKI Dipo.Lalu yang tahun lalu ada di SMTB, tahun ini kembali di SMTB lagi,” ujarnya.
Kegiatan peringatan bom 13 Mei sendiri bertema “Agama, untuk apa?” yang menjadi refleksi bersama seluruh umat beragama tentang pentingnya menghargai perbedaan yang seharusnya bisa menjadi pemersatu bangsa.
“Tema tersebut muncul dari keresahan kami, bahwa seringkali saat dialog lintas iman, kita seringkali menemui adanya misleading. Bahwa yang seharusnya kita solidaritas, justru karena perbedaan, dengan ritual dan dogma yang berbeda, malah muncul pemikiran kita tidak bisa hidup bersama” ungkapnya.
“Kita mengangkat tema ini supaya merefleksikan betul bahwa apakah agama ini benar-benar menyatukan atau malah menimbulkan jarak diantara kita. Dan kalau memang agama ini bisa menjadi simbol perdamaian ya maka ayo kita songsong bahas bersama supaya itu bisa jadi jembatan untuk kehidupan kita yang lebih baik lagi,” imbuhnya.
Baca Juga: Makna Rabu Abu Bagi Gereja Katolik dan Protestan
Pelaksanaan doa lintas iman dihadiri tokoh baik dari Katolik, Protestan, Islam, Konghucu, Hindu, Buddha, Penghayat Kepercayaan,Baha’i dan Tao.
Perwakilan tokoh lintas iman yang hadir diantaranya Romo Robertus Tri Budi Widyanto, Pdt. Andri Purnawan, Budiono, Liem Tiong Yang, Jero Mangku Putu Agus, Samanera Kris, Alvito Deannova, Hamdi, dan Dhanny Kurniawan.
Selain doa bersama, akan diadakan penanaman pohon yang dilaksanakan diantara tanggal 17 atau 18 Mei, sebagai simbol komitmen persatuan bangsa. Usai tahun sebelumnya dengan bentuk penyalaan lilin dan tabur bunga.
“Untuk filosofi penanaman pohon ini kita memilih pohon Ketapang Kencana karena yang pertama pohon ini adalah pohon yang rindang berdaun lebat dan berakar juga kuat yang cocok menjadi simbol dari komitmen kita terhadap para korban,” katanya.
“Lalu yang kedua komitmen sebagai spirit anak muda yang mau berkontribusi untuk kehidupan masyarakat Surabaya khususnya dan kita awareness bahwa lingkungan kita gak baik-baik aja sekarang,” tutupnya.
Reporter : Rovallgio


