Bawa Konsep beragam Festival Dulag di Gedung Pakuan Jawa Barat
Bandung, Nawacita – Festival Dulag Istimewa tingkat Jawa Barat ini banyak diikuti peserta dari setiap kabupaten kota di Jawa Barat. Bahkan para OPD di lingkungan Pemprov Jabar juga turut ikut memeriahkan dengan mengirim tim penabuh bedugnya dalam festival ini.
Seperti yang dilakukan oleh salah satu grup bedug Kontingen Majalengka. Aceng Hidayat (48) selaku ketua grup mengungkapkan bahwa ia bersama timnya awalnya mendapat kabar dari Pemda Majalengka untuk mengikuti Festival Bedug ini.
Ia bersama timnya kemudian langsung melakukan beberapa persiapan. Diantaranya adalah membuat konsep yang akan disajikan, pembuatan properti serta melakukan latihan aransemen bedug yang akan ditampilkan.
“Pertama persiapan berpikir tentang konsep yang akan disajikan pada gelaran festival Ngadulag ini. Yang kedua, saya eksekusi untuk pembuatan properti. Memang yang dulunya kita dilaksanakan secara pawai parade. Namun ternyata diganti atau dirubah jadi stay. maka kita rubah lagi, walaupun memang sedikit konsepnya dari semula gitu,” papar dia.
Aceng menyebut, dirinya bersama tim hanya melakukan persiapan selama satu Minggu sejak ditunjuk untuk menjadi perwakilan Majalengka dalam festival ini.
Untuk konsep sendiri, Kontingen Majalengka cukup terlihat unik dengan gaya khas budaya Islam kasundaan yang identik dengan Majalengka. Ia megusung konsep langgar atau dak bahasa Majalengka disebut Tajug yang berada di tengah kolam. Bangunan itu menjadi satu hnbudaya Islam yang identik di Majalengka.
“Kita konsepnya konsep jadul, kita membawa kelompok dewasa dan kelompok remaja. Untuk kelompok dewasa itu kita mengusung membuat sebuah properti tajug di apa?
Tajug yang ada di atas kolam. Nah, konsep jadul, maka kita menghadirkan beberapa istilahnya properti yang memang ada pada saat lebaran dulu lah gitu,” terang Aceng.
Sementara itu, untuk konsep pakaian sendiri, Kontingen Majalengka menggunakan konsep pakaian adat Sunda jaman dahulu. Dengan pakaian pangsi serba putih dilengkapi ikat kepala khas Sunda dan sarung yang diselendangkan menjadi penarik perhatian masyarakat yang menonton.
“Untuk konsep yang dewasa, kita menggunakan pakaian ala kadarnya dalam arti itu tapi masih sopan ya. Misalnya dengan batik yang bebas, kita nggak pakai seragam. Kalau yang untuk kelompok remaja, hampir sama sebetulnya, konsepnya hampir sama seperti itu. Cuma untuk di kostum atau pakaian, kita lebih ditatalah untuk kelas remaja ini,” tambahnya.
Ia bersama tim nya sangat menyambut positif acara Festival Bedug yang baru pertama kali diadakan di Jawa Barat ini. Menurutnya menabuh bedug atau dalam bahasa Sunda disebut Ngadulag merupakan salah satu budaya Islam di tatar Sunda yang harus tetap dilestarikan.
“Tanggapan saya positif sekali, karena satu sebagai syiar Islam ya. Yang kedua memang ngadulag itu menjadi salah satu budaya, mungkin budaya Islam ya. Terutama yang tumbuh di pedesaan,” ungkap dia.
Maka dari itu, ia berharap agar agenda festival ini diadakan setiap tahun agar budaya Ngadulag bisa kembali dikenal oleh kalangan muda dan anak anak sehingga bis dilestarikan dan memiliki generasi penerus.
“Maka ini saya mendukung sekali mudah-mudahan setiap tahun terus diadakan seperti ini. Harapannya kedepannya acara ini diselenggarakan tiap tahun dengan konsep yang berbeda beda,” pungkas dia.
Selain banyak diikuti oleh perwakilan dari setiap kabupaten kota di Jawa Barat, acara inibjuga banyak mengundang ketertarikan masyarakat. Antusiasme masyarakat tak terbendung untuk ikut memeriahkan atau hanya sekedar berkunjung menikmati suara gema takbir yang dilantunkan.
Hani (41) salah satunya, ia sampai rela datang jauh-jauh dari Kopo, Kabupaten Bandung untuk menikmati suasana kehangatan malam takbir. Ia mengaku bahwa dirinya mendapatkan informasi agenda festival ini dari saudaranya yang berasal dari Kudus dan tengah mudik ke Bandung.
“Dari sodara, kebetulan kan dari Kudus tuh. Lagi mau lebaran di Bandung. Saudara itu melihat di medsos kalo ada acara seperti ini. Saya sendiri yang orang Bandung malah belum tahu gitu,” kata Hani.
“Emang agak kurang tahu sih kita-kita yang ada di daerah ya terus juga di kabupaten sepi gak ada meriah kaya gini jadi saya mencari suasana kehangatan malam takbir di sini,” tambahnya.
Ia juga menyambut positif acara yang digelar Pemprov Jabar ini, apalagi ini baru pertama kali diadakan di Jawa Barat. Sehingga bisa memperkenalkan juga kepada masyarakat yang lain bahwa perayaan takbir di Jawa Barat cukup meriah.
“Bagus, ya. Karena tahun-tahun sebelumnya kayaknya nggak ada ya tahun-tahun sebelumnya gitu ya. Jadi ada satu titik pusat kota. Jadi warga bisa berkumpul di sini, bisa bawa saudara. Biasanya memperkenalkan juga di Bandung tuh seperti ini kalau malam takbiran gitu,” ungkap Hani.
“Harapannya ya lebih di sosialisasinya aja sih. Sampai ke Kabupaten juga. Sering disosialisasikan itu karena pasti bakal Dateng,” pungkas dia. Niko