Harga Obat di Indonesia Mahal, Begini Tanggapan BRIN
Jakarta, Nawacita | Salah satu penyebab utama harga obat di Indonesia mahal adalah ketergantungan pada bahan baku impor. Hal itu dikatakan oleh Kepala Pusat Riset Vaksin dan Obat, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Masteria Yunovilsa Putra.
Menurut Masteria, bahan baku impor merupakan komponen vital yang belum dapat digantikan karena produksi dalam negeri belum siap atau mencukupi.
“Kita tidak bisa mengurangi penggunaan bahan impor jika bahan baku lokal kita belum siap. Ketergantungan ini belum bisa dihindari,” ujar Masteria saat ditemui di kantor BRIN, Cibinong, Kabupaten Bogor, Kamis (18/7/2024).

Masteria menekankan pentingnya penelitian dan pengembangan (R&D) skala industri untuk mengatasi ketergantungan bahan baku impor. Upaya ini mencakup pengembangan teknologi dan proses produksi bahan baku prioritas agar dapat diproduksi secara efisien di dalam negeri.
“Salah satu solusinya adalah melakukan R&D skala industri atau transfer teknologi dari negara-negara maju yang sudah memiliki produksi bahan baku yang kita butuhkan,” tambahnya.
Terkait bahan baku lokal, Masteria menyebutkan bahwa substitusi total terhadap bahan baku impor tidak mungkin dilakukan.
Baca Juga: BRIN Temukan Kontaminasi Bahan Aktif Obat di Aliran Sungai Citarum Hulu
“Tidak mungkin sepenuhnya menggantikan bahan baku impor dengan bahan baku lokal. Negara mana pun tidak akan mampu memproduksi 100% bahan baku lokal,” jelas Masteria.
Namun, Masteria meyakini bahwa pemerintah telah menentukan prioritas bahan baku yang paling penting dan banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Target substitusi ini diharapkan dapat menekan harga di pasar dan mengurangi ketergantungan pada impor.
“Saya percaya Kemenkes dan BPOM sudah memiliki prioritas bahan baku yang paling penting dan banyak dibutuhkan masyarakat. Itulah yang harus kita kejar untuk menekan harga di pasar,” pungkas Masteria. brtst


