Pasuruan, Nawacita – Puan Maharani mendesak Pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap kesulitan yang dihadapi pelaku usaha Pasar Mebel Bukir Pasuruan, Jawa Timur. Puan menilai pelaku usaha Pasar Bukir harus mendapat bantuan mengingat kualitas-kualitas mebelnya yang awet lama hingga produknya banyak dikenal hingga di luar negeri.
Ketua DPR RI Puan Maharani lantas menyampaikan rencana 3 hal agar Pasar Bukir Pasuruan kembali bergairah. Pertama, industri mebel rakyat harus selalu mengakar kepada budaya Indonesia karena budaya Indonesia yang tercermin dalam desain-desain mebel rakyat-lah yang membuat mebel-mebel dari Indonesia menjadi unik. Berikutnya, sebagai Ketua DPR RI saya ingatkan kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah agar semaksimal mungkin membantu para pengusaha mebel ukir. “Bisa berupa modal, pembinaan, dan pemasaran,” sambung Puan.
DPR pun disebut akan selalu mendukung berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan perkembangan pelaku usaha di Pasar Bukir Pasuruan. Oleh karenanya, hal penting ke-3 yang disampaikan Puan adalah terkait dengan inovasi pemasaran.
“Hal ke-3, Bapak Ibu pengusaha mebel ukir harus semakin gencar menyasar pasar luar negeri. Gunakan media sosial seperti Instagram. Posting gambar-gambar produknya dengan desain-desain yang bagus supaya bisa dilihat pasar luar negeri,” pesannya.
“Dengan kita semua menjalankan 3 hal tadi, dan dengan terus bekerja keras. Insya Allah industri mebel ukir di Pasuruan bisa semakin laris manis,” tambah Puan.
Sejumlah pelaku usaha Pasar Mebel Bukir kemudian menyampaikan berbagai kendala yang mereka hadapi. Terutama mengenai kesulitan mereka bangkit usai kebakaran dan Pandemi Covid-19.
Saat ini, Pasar Mebel Bukir memang belum kembali ramai setelah Pemerintah melakukan revitalisasi pasar pada tahun 2022. Saat pasar diserahterimakan bulan September 2023 lalu, banyak toko-toko yang belum kembali buka karena tidak memiliki modal sehingga pasar belum aktif lagi dan masih sepi pembeli.
Padahal sebelumnya, Pasar Bukir sangat ramai hingga perekonomian Pasuruan dapat dikatakan digerakkan oleh industri mebel. Di masa kejayaannya, sebanyak 20.000 orang menggantungkan mata pencahariannya dari sektor mebel, mulai dari pengrajin, pengusaha, dan lain-lain.
Salah seorang pengusaha mebel bernama Mikson mengaku, kesulitan yang mereka hadapi tak hanya untuk modal produksi. Mereka kerap menghadapi berbagai kendala lain, di antaranya dalam hal pengiriman.
“Kalau perlu kirim mebel tiap Sabtu maka nggak cukup muter uangnya, perlu pegadaian. Ada paguyuban juga terasa sia-sia, nggak ada tindak lanjut,“ ungkap Mikson.
Sementara itu Ibu Elok mengeluhkan retribusi di Pasar Bukir yang naik terus, padahal pembeli masih sangat sepi.
“Kalau bisa retribusi dilunakkan, kita nunggak bukan bulanan lagi tapi sudah tahunan. Mohon pemutihan, pelunakan selunak-lunaknya,” harap Elok.
Puan pun meminta kepada Pemkot Pasuruan untuk memberikan solusi terkait retribusi yang dikeluhkan pedagang.
“Retribusi nanti diurus sama Pak Wawali, kalau bohong nanti datengi aja di kantornya. Harus disinergikan APBN dan APBD,” tegas Puan.

Cucu Bung Karno itu juga meminta agar infrastruktur sarana dan prasarana di Pasar Bukir ditingkatkan seperti harapan para pedagang. Dengan kelengkapan fasilitas, kata Puan, diharapkan akan kembali meningkatkan daya beli.
“Sarana prasarana pembangunan harus berkelanjutan, revitalisasi pasar diperlukan. Dana buat Pasuruan, salah satunya bisa buat permodalan dan revitalisasi,” sebutnya.
Puan juga berharap agar Pasar Mebel Bukir tetap mempertahankan akar budaya, terutama ciri khas budaya Jawa Timur.
“Pasar Mebel Bukir harus bisa menarik minat pembeli dalam negeri sampai luar negeri. Kualitas harus apik terus. Gencarkan pemasaran, offline dan online,” tutup Puan. bdo


