Thursday, December 25, 2025
HomeDAERAHJATIMBlak-Blakan Butet Kertarejasa, Pasca Materi Pertunjukan Diatur Polisi

Blak-Blakan Butet Kertarejasa, Pasca Materi Pertunjukan Diatur Polisi

Blak-Blakan Butet Kertarejasa, Pasca Materi Pertunjukan Diatur Polisi

Surabaya, Nawacita – Budayawan Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa atau lebih dikenal sebagai Butet merasa kehilangan kemerdekaan dalam mengartikulasi pikirannya. Ia merasa kebebasan berekspresi dihambat oleh polisi.

Kejadian itu bermula ketika Butet Kartaredjasa dan penulis naskah teater Agus Noor bakal menggelar teater di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Jumat,1/12/2023 lalu.

Namun, seminggu sebelum pementasan, Butet mengaku diminta oleh Polisi untuk menandatangani surat perjanjian, yang mana salah satu itemnya berbunyi ‘saya harus mematuhi tidak bicara politik. Acara saya tidak boleh untuk kampanye, tidak boleh ada gambar, dan tidak boleh urusan pemilu’.

- Advertisement -

Tidak berselang lama setelah kejadian, Polres Metro Jaya membantah tuduhan intimidasi terhadap pentas teater berjudul ‘Musuh Bebuyutan’ itu. Pada konferensi pers di Mapolsek Menteng 5 Desember lalu, mereka mengklaim, kehadiran personel polisi pada saat pementasan, tidak lain dalam rangka pengamanan.

Baca Juga :  Para Seniman Harap Pertunjukan Seni Budaya di Tanah Air Tetap Berlangsung

Butet Kartaredjasa akhirnya buka suara soal polisi yang membantah perilaku intimidasi. Menurutnya, memang benar tidak ada yang mengintimidasi saya, dalam artian memaki atau melukai secara fisik. Namun, dalam konteks narasi redaksional itu, sangat gamblang bahwa saya harus berkomitmen tidak bicara politik.

“Artinya apa? Konten, materi seni pertunjukanku diatur oleh kekuasaan di luar diriku,” ucapnya selepas orasi Mimbar Bebas di Untag Surabaya, Rabu, 6/12/2023.

Butet sendiri merasa heran dengan tindakan intimidasi dari personil polisi. Padahal, Ia mengatakan praktek semacam itu pernah dirasakan pada orde baru. Namun, sejak masa reformasi, Butet mengaku tidak pernah lagi menerima ancaman dalam bentuk apapun.

“Ini pertama kali sejak tahun 98. Intimidasi tidak harus pertemuan langsung, ada pernyataan verbal dari polisi, datang marah2 tidak begitu,” katanya.

Menurut Butet, izin dari pihak polisi hanya untuk kesenian yang berpotensi mengganggu ketertiban umum. Ia semakin heran karena lokasi pementasannya yang berada di Taman Ismail Marzuki, di mana memang itu tempatnya komunitas seni.

“Seharusnya cukup pemberitahuan saja, karena tidak ada gangguan ketertiban umum,” pungkasnya.

Meski demikian, Butet enggan menuduh polisi sebagai alat negara. Terlebih pada masa kampanye ini mulai mengintervensi kehidupan publik. Butet menegaskan tidak ada maksud mendramatisir, Ia hanya menceritakan fakta yang dialaminya saat itu.

Via

RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Terbaru