Surabaya, Nawacita – Dalam konteks wilayah pesisir seperti Kota Surabaya, hutan mangrove muncul sebagai elemen penting yang, sayangnya, kerap dilupakan sebagai penjaga esensial. Meskipun sering terlindungi di balik rimbunnya dedaunan mangrove, peran signifikannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut dan melindungi garis pantai dari abrasi tak jarang terabaikan. Inilah yang menjadi salah satu alasan utama bagi Himpunan Mahasiswa Planologi ITS (HPML ITS) untuk menggalangkan program penanaman mangrove bertajuk: “Preserving Mangroves in Realizing Blue Carbon in Surabaya City” di Kawasan Konservasi Mangrove Gunung Anyar pada Jumat (25/8).
Upaya penghijauan ini merupakan perwujudan dari Aksi Solidaritas Lingkungan, yang dibawahi oleh Departemen Sosial Masyarakat HMPL ITS. Program ini berkolaborasi dengan berbagai pihak, di antaranya XL Future Leaders, Society of Renewable Energy ITS, SMA Al-Muslim, serta ITS TV untuk memasifkan dampak program yang berhasil menanam 300 bibit mangrove bersama ratusan relawan. Kolaborasi ini tidak hanya menunjukkan kesadaran akan pentingnya pelestarian mangrove, tetapi juga mendorong partisipasi aktif dalam menjaga keberlanjutan ekosistem lingkungan Surabaya.

Sejalan dengan tujuan tersebut, Kawasan Konservasi Mangrove Gunung Anyar menjadi representasi nyata komitmen terhadap pelestarian ekosistem mangrove. Terletak strategis di perbatasan antara wilayah perkotaan dan alam, kawasan konservasi ini bukan hanya tempat bagi pertumbuhan mangrove yang vital, tetapi juga menjadi ajang edukasi bagi masyarakat sekitar tentang pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan.
“Harapannya tidak akan putus di sini,“ ungkap Eva Kumalasari, selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kebun Raya Mangrove terkait program penghijauan kolaboratif ini, ”bisa juga disebarluaskan ke adik-adik kelasnya atau penerusnya untuk melanjutkan penanaman mangrove ini,” lanjutnya.
Di Surabaya, tantangan ekstensif bagi keberlanjutan mangrove datang dari urbanisasi yang terus meningkat. Dengan laju pembangunan yang cepat, terjadinya perubahan tata guna lahan dapat mengancam ekosistem mangrove. Oleh karena itu, peran aktif pemerintah, lembaga konservasi, dan partisipasi masyarakat dalam pemantauan dan perlindungan mangrove menjadi semakin krusial. Melalui sinergi ini, keberlanjutan mangrove sebagai penjaga alam dapat terus dilestarikan.
Amanda Palupi, sebagai Kepala Departemen Sosial Masyarakat HMPL ITS, turut mengungkapkan harapannya pasca kegiatan penanaman, “aksi solidaritas ini bukan hanya sebagai manifestasi kepedulian sosial, tetapi juga merupakan kontribusi dalam konteks kepedulian terhadap lingkungan yang pada tahun ini kami mewujudkannya melalui kegiatan penanaman mangrove, dengan harapan tindakan ini dapat menjadi langkah untuk mewujudkan lingkungan yang lebih baik”.(adv)

Ditulis oleh:
Departemen Sosial Masyarakat
Himpunan Mahasiswa Planologi ITS