Mengenal Makna Tersembunyi Pada Relief Patung Buddha Tidur di Mojokerto
Mojokerto, Nawacita – Patung Buddha tidur terbesar di Indonesia terletak di Maha Vihara, Mojopahit terdapat Relief patung digunakan untuk memperindah permukaan pondasi patung. Ada cerita tersirat dari relief-relief ini mungkin belum banyak diketahui.
Di bagian selatan Maha Vihara Mojopahit, Dusun Kedungwulan, Desa Bejijong, dan Kecamatan Trowulan merupakan tempat patung Buddha tidur. Patung berwarna emas dan berukuran panjang 22 meter dengan lebar 6 meter dan tinggi 4,5 meter. Pada tahun 2001, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) mengakuinya sebagai patung Buddha tidur terbesar di Indonesia.
Karena menggambarkan momen-momen akhir kehidupan Buddha Gautama, patung ini juga dikenal sebagai Buddha Maha Paranibbana. Sang Buddha meninggal dunia dalam posisi berbaring miring ke kanan dengan telapak tangan kanan diletakkan di bawah kepala. Setiap kali Sang Buddha beristirahat, Beliau melakukan pose tersebut sudah menjadi keseharian.
Nah, ada relief yang indah di dasar patung Buddha yang sangat besar ini. Menurut Upasaka Pandhita Maha Vihara Mojopahit, Dharmapalo Saryono menjelaskan sisi timur dan utara relief itu saling berhubungan. Tiga bulan sebelum wafatnya sang Buddha melakukan perjalanan ke Kusinara yang dijelaskan dalam bagian ini.

Ketika mengajar agama Buddha kepada murid-muridnya pada saat itu, Siddhartha tidur terutama di sisi kanannya. karena kondisi fisiknya yang menurun.
“Cerita Siddhartha Gautama pada saat dia mau paranibbana, yaitu pencapaian tertinggi dalam Buddha digambarkan di sisi depan dan utara. Ketika seseorang mencapai panaribbana, dia terbebaskan dari 31 alam kehidupan,” terang Saryono, Kamis (1/6/2023).
Relief selanjutnya merupakan satu kesatuan di sisi selatan dan belakang. Bagian ini, menurut Saryono, membahas penerapan hukum karma secara universal atau di dunia. “Bagian samping kiri dan belakang menggambarkan hukum sebab karma,” ungkapnya.
Patung Buddha Maha Paranibbana dibangun sebagai penghormatan kepada Siddhartha Gautama, Guru Agung Buddha. Sang Buddha lahir dengan nama Siddhartha Gautama di Kota Kapilavastu, India, pada tahun 623 sebelum masehi (SM).
Dia adalah anak tunggal dari Raja Suddhodana, raja Kerajaan Kosala, dan Dewi Maha Maya. Pada usia 35 tahun, Siddhartha memperoleh pencerahan dan menjadi Buddha saat berlatih meditasi di bawah pohon Bodhi di Hutan Gaya, India.
Setelah 40 tahun mengajar agama Buddha, Buddha Gautama wafat pada tahun 543 SM. Ketiga kejadian ini semuanya terjadi pada saat yang sama, khususnya pada bulan purnama sidhi bulan Waisak dalam kalender umat Buddha. Umat Buddha memperingati Hari Waisak untuk memperingati kelahiran, pencerahan, dan kematian Siddhartha Gautama.
Selain menjadi tempat ibadah, Maha Vihara ini seiring dengan perkembangan waktu menjadi objek wisata yang populer yang dikenak dengan patung Buddha tidur yang sangat besar di Indonesia. Tempat ini memiliki tradisi toleransi beragama yang sangat kental. Yayasan Lumbini saat ini mengelola destinasi wisata ini. Setiap pengunjung wajib memberikan donasi sebesar Rp 5.000 untuk dewasa dan Rp 3.000 untuk anak-anak untuk membantu biaya kebersihan. Fio Atmaja


