Wednesday, December 24, 2025
HomeSTARTUPHealthyJangan Sepelekan Kutil Kelamin, Ini Saran Para Ahli dan Pencegahannya

Jangan Sepelekan Kutil Kelamin, Ini Saran Para Ahli dan Pencegahannya

Cegah Kutil Kelamin dengan Vaksin HPV, Apa itu?

Jakarta, Nawacita – Kutil kelamin (genital warts) atau kondiloma akuminata masih kerap disepelekan. Padahal, sekitar 50% dari kasusnya bisa bertransformasi menjadi penyakit yang ganas seperti kanker serviks. Sangat penting bagi masyarakat, khususnya kaum perempuan, untuk memahami bagaimana mencegah munculnya kutil kelamin (before) dan bagaimana menanganinya jika sudah terjadi (after). Salah satu kunci penanganannya yaitu vaksin HPV, yang memiliki peran besar baik sebelum dan sesudah mengalami Kutil Kelamin. 

dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, CEO Klinik Pramudia dalam sambutannya mengatakan, hingga saat ini Kutil Kelamin menjadi Infeksi Menular Seksual (IMS) yang paling banyak ditemukan. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Klinik Pramudia, karena hampir semua yang datang untuk berobat sudah dalam kondisi tahap lanjut karena kurang aware, sulit untuk jujur dan terbuka, serta belum punya kesiapan mental untuk melakukan pengobatan. “Hal ini yang mendorong kami untuk senantiasa melakukan edukasi lewat media massa, serta berupaya mendukung masyarakat untuk berani jujur karena sembuh gak perlu malu,” jelas dr Anthony saat seminar bertajuk Life Before and after Genital Warts di Hotel Akmani, Jakarta 23/5/2023 lalu.  

Ia juga menambahkan, sesuai dengan misi kami, sebagai Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin  berpengalaman dan terpercaya, pihaknya tetap berkomitmen  memberikan pelayanan komprehensif terhadap pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi menular seksual, khususnya penyakit Kutil Kelamin. “Sehingga, kami dapat berkontribusi menekan angka insidensinya di Indonesia seiring dengan digalakkannya vaksinasi HPV bagi masyarakat.” 

- Advertisement -

Kutil Kelamin, yang diakibatkan oleh Human Papilloma Virus (HPV)1, meskipun umum terjadi, namun memberikan efek tidak hanya sakit fisik tetapi juga mental penderitanya. Terkait tipe HPV, yang paling sering mengakibatkan Kutil Kelamin yaitu tipe 6 dan tipe 11 yaitu sebanyak 90-95% kasus. Pada data statistik dunia, insiden Kutil Kelamin dilaporkan 160-289 kasus per 100,000 penduduk per tahun. Kasus baru pada perempuan 76-191 per 100,000 penduduk. Di Indonesia, laporan kasus kutil kelamin di Bali selama 3 tahun (2015-2017) didapatkan sebanyak 260 dari 4743 (5,47%) orang menderita kutil kelamin. Sedangkan di Surabaya ditemukan 318 dari 3674 (8,7%) orang dengan kutil kelamin. 

Tipe HPV yang menyebabkan Kutil Kelamin memang tidak sama dengan tipe HPV yang menyebabkan kanker serviks. Namun dalam beberapa kasus, ketika Kutil Kelamin terjadi pada leher rahim atau di dalam vagina, hal ini dapat menyebabkan perubahan serviks (displasia) yang pada akhirnya bisa berujung pada kanker serviks sebagai bentuk komplikasinya2. 

Dokter Spesialis
dr. Amelia Setiawati Soebyanto, Sp.DV, Dokter Spesialis Dermatologi Venereologi

dr. Amelia Setiawati Soebyanto, Sp.DV, Dokter Spesialis Dermatologi Venereologi mengatakan, transmisi atau penularan kutil kelamin ini sebagian besar melalui hubungan atau kontak seksual antara kulit dengan kulit maupun dengan mukosa yang basah dan lembab. Terkait lokasi, kutil dapat ditemukan di area vulva (labia mayora, minora, liang vagina), serviks (leher rahim), perineum (area antara alat kelamin luar dan anus), area sekitar anus dan saluran anus. Pada laki-laki, kutil dapat tumbuh di pangkal sampai ujung penis, rambut pubis, skrotum maupun anus dan sekitarnya. “Ketika seseorang melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi HPV, maka kemungkinan 75% dari mereka akan tertular virus ini dan akan mengalami kutil kelamin,” sebutnya. 

Ia kembali menambahkan, virus ini juga dapat ditularkan dari ibu ke anak saat melahirkan. Meskipun jarang terjadi. Kontak langsung maupun tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi dengan HPV (fomites) juga dapat mengakibatkan transmisi HPV. Masa inkubasi kutil kelamin berkisar 2 minggu hingga 9 bulan dan kelainan kulit dan mukosa umumnya akan mulai nampak 2-3 bulan setelah kontak. 

“Bentuk kutil akan berbeda tergantung pada lokasinya. Bentuk yang menyerupai kembang kol dapat ditemukan pada area mukosa yang hangat, lembab dan tidak berambut seperti di sekitar labia minora dan liang vagina. Kemudian bentuk bintil keabuan gelap pada umumnya dapat ditemukan pada batang penis, area sekitar anus dan perineum,” jelas dr. Amel. 

Kutil kelamin tentu bisa dicegah, khususnya lewat langkah pertama yaitu vaksin HPV. “Ini yang disebut life before genital warts, perlu ada pertahanan yang kuat. Vaksin HPV memiliki efektivitas yang sangat tinggi dalam mencegah infeksi HPV pada serviks bila diberikan sebelum terjadi paparan terhadap virus, tepatnya sebelum aktif secara seksual (usia 9-12 tahun). Beberapa penelitian dan data terkini pun menunjukkan bahwa vaksin HPV menurunkan risiko prekanker dan kanker serviks. Sejak vaksin HPV ini pertama kali direkomendasikan pada tahun 2006 infeksi HPV yang menyebabkan kanker dan kutil kelamin telah berkurang 88% pada remaja dan 81% pada perempuan dewasa.” tuturnya. 

Dalam kesempatan yang sama, dr. Yustin Sumito, SpKK, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin menyatakan, kekambuhan dan kesembuhan kutil kelamin pada dasarnya tergantung pada bagaimana seseorang menjalani kehidupannya after genital warts. Bagaimana pasien patuh terhadap pengobatan, bagaimana status imunodefisiensi, serta melakukan tindakan preventif agar tidak terjadi kekambuhan. “Namun secara umum, pasien dengan kutil kelamin menunjukkan respon terhadap terapi dalam kurun waktu 3 bulan,” jelasnya. 

Angka kesembuhan atau klirens komplit kutil kelamin, tambahnya, setelah pemberian terapi topikal (seperti podofilotoksin dan krim imiquimod 5%) berkisar antara 35%-83%. Pada pemberian terapi topikal, angka kekambuhan berkisar antara 6% dan 55%. Sementara itu, angka klirens komplit persisten kutil kelamin dengan terapi non-topikal (contoh: terapi laser) berkisar antara 22%-93%. Pada penggunaan sinecatechins, angka klirens kutil kelamin secara keseluruhan dapat mencapat 57.2%. 

Menurut Yustin,  penanganan kutil kelamin, tujuan utama terapi adalah untuk menghilangkan lesi terkait HPV, bukan untuk menghilangkan infeksi HPV-nya. “Beberapa pilihan terapi yang tersedia yaitu dengan agen topikal, agen non-topikal, dan terapi fotodinamika,” tutur dr. Yustin.

Agen topikal, jelasnya, seperti tinktura podofilin 25%, larutan asam trikloroasetat 80-90%, podofilotoksin 0.5%, imiquimod 5%, dan sinecatechins. Untuk agen non-topikal bisa dengan krioterapi (bedah beku), bedah kauterisasi, laser CO2, dan bedah eksisi. Berikutnya dengan terapi Fotodinamika yang menggunakan agen yang dapat tersensitisasi oleh cahaya. 

“Inovasi terapi saat ini yang juga kami jalankan adalah terapi kombinasi dengan menggunakan bahan topikal, yaitu dengan High-Intensity Focused Ultrasound (HIFU) yang dilihat sebagai salah satu alternatif yang berpotensi meningkatkan angka kesembuhan pasien dengan kutil kelamin. Efikasinya dapat mencapai 97%,” jelas dr. Yustin. 

Sebuah studi yang dilakukan oleh Zhan, dkk. tahun 2022 berhasil menemukan model untuk memprediksi kekambuhan kutil genital dengan akurasi diagnosis mencapai 86.7%, yaitu dengan menyelidiki hubungan variabel-variabel seperti riwayat penggunaan kondom, status infeksi HPV dari partner seksual, jumlah kutil, dan penyakit urogenital penyerta. “Pada intinya, evaluasi berkala dan edukasi yang baik dalam bentuk konseling pasien merupakan hal yang harus dilakukan oleh klinisi untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Selain itu, vanksin sebelum dan sesudah terjadinya kutil kelamin juga tidak kalah penting, hal ini tentu untuk lebih menjaga tubuh agar mampu menangkal virus HPV di kemudian hari,” tutupnya. bdo 

RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Terbaru