Mengenal Fenomena Solstis, Viral Karena Larangan Keluar Malam Pada 21 Desember
JAKARTA, Nawacita – Mengenal Fenomena Solstis, Pada bulan Desember akan terjadi sebuah peristiwa antariksa yang disebut fenomena Solstis. Fenomena tersebut ramai diperbincangkan di TikTok. Apa sebenarnya Fenomena Solstis itu? Apakah berbahaya?
Fenomena Solstis Desember merupakan peristiwa antariksa yang terjadi setiap tahun dan biasa disebut sebagai titik balik matahari. Fenomena antariksa tidak berbahaya dan hanya akan mempengaruhi perubahan musim saja.
Pengertian Solstis
Solstis adalah fenomena yang juga disebut dengan titik balik matahari. Fenomena ini disebabkan adanya kemiringan sumbu Bumi pada sudut 23,5 derajat terhadap bidang orbitnya mengelilingi Matahari.
Maka, ketika pada puncak orbitnya, bagian Bumi utara dan selatan bisa mendapat sinar matahari dengan durasi yang berbeda. Dalam setahun Solstis terjadi dua kali, yaitu bulan Juni dan Desember.
Solstis Juni atau titik balik Matahari di bulan Juni terjadi ketika Matahari berada paling utara dari ekuator saat tengah hari. Sementara Solstis Desember atau titik balik Matahari di bulan Desember ketika Matahari berada paling selatan dari ekuator saat tengah hari.
Kapan Terjadi Fenomena Solstis?
Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Solstis Juni terjadi antara tanggal 20-21 Juni setiap tahun. Sementara Solstis Desember berlangsung pada 20-21 Desember.
Meskipun demikian terdapat kemungkinan jadwal fenomena Solstis ini mengalami pergeseran. Namun periode pergeserannya membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun.
Data BRIN menjelaskan bahwa 9250 SM, Solstis Juni terjadi 19 Juni dan Solstis Desember terjadi 18 Desember. Lalu 1250 M, Solstis Juni terjadi 22 Juni dan Solstis Desember pada 22 Desember.
Baca Juga: Cara Melihat Fenomena Gerhana Matahari dengan Aman
Dampak Fenomena Solstis di Indonesia
Bagi negara yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa atau ekuator, seperti Indonesia, tidak akan banyak terdampak. Berbeda bagi negara-negara di belahan bumi Utara dan Selatan. Wilayah di belahan bumi utara dan selatan akan merasakan perbedaan durasi malam dan siang yang sangat signifikan saat fenomena ini berlangsung.

Misalnya kota Hamburg (Jerman) yang berada di belahan Bumi utara saat mengalami Fenomena Solstis Juni akan mengalami siang hari selama 17 jam. Namun saat Solstis Desember siang hari di sana hanya 7,5 jam.
Pada saat yang sama, hal berlawanan terjadi di belahan bumi selatan. Kota Melbourne (Australia) misalnya. Saat Solstis Juni, siang hari di Melbourne justru hanya 9,5 jam. Tapi ketika Solstis Desember di sana durasi siang hari mencapai 15,25 jam. Sehingga perubahan empat musim di negara-negara ini bisa berbeda dari sebelumnya.
Indonesia, perbedaan siang hari pada Solstis Juni dan Solstis Desember tidak terlalu signifikan. Berikut ini daftarnya mengutip dari situs BRIN:
Kupang
Solstis Juni: siang hari 11,5 jam
Solstis Desember: siang hari 12,75 jam
Pulau Jawa
Solstis Juni: siang hari 11,65-11,75 jam
Solstis Desember: siang hari 12,55-12,45 jam
Pontianak
Solstis Juni: siang hari 12,1 jam
Solstis Desember: siang hari 12,1 jam
Sabang
Solstis Juni: siang hari 12,5 jam
Solstis Desember: siang hari 11,8 jam
Nah, fenomena Solstis Desember di Indonesia ini hanya berpengaruh terhadap musim hujan saja. Sehingga tidak berbahaya. Jadi jika ada informasi larangan keluar malam itu pun tidak benar karena fenomena Solstis Desember.
suanws.


