Nawacita – Perbincangan sosok harimau Jawa atau yang dikenal dengan nama latin Panthera tigris sondaica kini masih menjadi legenda yang ada. Meski dinyatakan sudah punah, satwa liar ini diyakini masih ada dan keberadaan pada periode klasik.berkeliaran di sejumlah hutan, termasuk di wilayah Kabupaten Nganjuk
Perbincangan terkait keberadaan harimau Jawa kembali mencuat berdasarkan salah satu koleksi Museum Anjuk Ladang yang menarik adalah arca singha atau harimau. Walau garapannya kasar dan bentuknya juga kurang artisitik, namun setidaknya arca tersebut merekam keberadaan.
Kabarnya, pada periode kolonial di sekitar tahun 1890-an masih dilaporkan adanya populasi harimau di wilayah Nganjuk. Habibat harimau di Nganjuk tercatat berada di sekitar Mbaduk Tanjungnanom (dulu District Warujayeng).
Berdasarkan penelusuran yang diterima suaraburuh melalui akun resmi dari lintang Candra mengatakan, Agak sulit dibayangkan daerah yang sekarang sangat ramai itu dulunya ternyata sarang harimau yang buas dan sering memangsa warga sekitar.
Pembangunan DAM Mbaduk yang selesai pada tahun 1901 membuka jalan modernisasi dan membuat populasi harimau di hutan Mbaduk semakin tergerus hingga akhirnya punah.
“Budaya “rampogan macan” yang populer di wilayah Kediri-an kemungkinan juga turut berkontribusi pada proses punahnya populasi harimau di Nganjuk. Budaya ini dibawa dari tradisi rampogan macan di Jawa Tengah dan mulai populer di Kediri pada tahun 1890-an. Tradisi rampogan macan di Kediri diadakan pada saat menyambut lebaran (1 Syawal) sebagai acara hiburan bagi masyarakat,”tuturnya
Menurut Lintang Candra, Seiring populernya tradisi rampogan macan di Kediri, maka kegiatan perburuan harimau hidup-hidup menjadi marak dilakukan oleh masyarakat. Wilayah Nganjuk boleh jadi menjadi salah satu daerah objek sasaran perburuan harimau.
Para pemburu yang berhasil menangkap harimau dalam keadaan hidup akan diberi imbalan berkisar 10-50 gulden, tergantung dari ukuran dan kondisi harimau.(*)
sumber: SB


