Jakarta, Nawacita | Sejumlah perusahaan rintisan atau startup Tanah Air dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya.
Kabar pengurangan karyawan awalnya datang dari platform edutech Zenius, hingga teranyar platform e-commerce JD.ID.
Ketergantungan terhadap pendanaan untuk mengoperasikan bisnis menjadi salah satu alasan utama startup rentan melakukan efisiensi bisnis. Pengurangan jumlah karyawan alias PHK pun menjadi bagiannya.
Peneliti Ekonomi Digital Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menjelaskan, ketergantungan terhadap pendanaan membuat perusahaan rintisan kebingungan ketika tidak mendapatkan suntikan dana baru.
“Makanya mereka biasanya melakukan lay-off kepada karyawannya untuk menghemat budget,” kata dia, Minggu (29/5/2022).
Saat ini perusahaan rintisan masih bergerak dengan model bisnis yang kerap biasa disebut “bakar uang” atau mengeluarkan modal terus-menerus untuk menggaet pengguna.
“Ini menjadikan mereka masih ketergantungan dari pendanaan dari VC (venture capital) atau sumber pendanaan lainnya,” ujarnya.
Saya khawatir kalau semakin sedikit pendanaan, kemudian startup semakin banyak dan eksponensial, bisa terjadi bubble,” tuturnya.
Baca Juga: JD.ID akan Jamin Tetap Berikan Hak Karyawan yang di PHK
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menjelaskan, dengan kondisi perekonomian global yang dibayang-bayangi ketidakpastian, investor menjadi semakin selektif untuk menempatkan dananya.
“Investor menghindari pembelian saham startup yang persepsi risikonya tinggi, terlebih ada kenaikan inflasi dan suku bunga di berbagai negara,” katanya.
Oleh karenanya, Bhima menekankan, startup harus melakukan perombakan strategi dan tidak lagi berkegantungan terhadap pendanaan apabila ingin berhasil melewati kondisi perekonomian saat ini.
“Utamakan revenue stream dan kualitas cashflow karena hal itu yang dilirik investor saat ini,” ucapnya.
Penjelasan perusahaan soal PHK Terkait aksi pengurangan tenaga kerja yang dilakukan, manajemen Zenius hingga JD.ID sebenarnya sudah buka suara beberapa waktu lalu. Pertama, manajemen Zenius, yang menyatakan bahwa PHK dilakukan lantaran perusahaan sedang mengalami kondisi makro ekonomi terburuk dalam beberapa dekade terakhir.
“Mengenai pengurangan karyawan, saat ini kita sedang mengalami kondisi makro ekonomi terburuk dalam beberapa dekade terakhir,” ujar manajemen dalam keterangannya.
“Untuk beradaptasi dengan dinamisnya kondisi makro ekonomi yang memengaruhi industri, Zenius perlu melakukan konsolidasi dan sinergi proses bisnis untuk memastikan keberlanjutan. Setelah melalui evaluasi dan review peninjauan ulang komprehensif, Zenius mengumumkan bahwa lebih dari 200 dari karyawan harus meninggalkan Zenius,” sambungnya.
“Zenius memahami bahwa ini adalah masa yang sulit bagi karyawan yang terdampak, sehingga perusahaan akan melanjutkan manfaat asuransi kesehatan mereka hingga 30 September 2022, termasuk untuk anggota keluarga mereka,” jelas manajemen. kmps