‘Taruma’ diambil dari nama sungai yang membelah Jawa Barat, serta ‘Negara’ yang artinya kerajaan atau negara. Bukti berdirinya Kerajaan Tarumanegara ini diketahui dari beberapa sumber prasasti. Keberadaannya juga diperkuat dengan kabar dari luar negeri, seperti dari Tiongkok yang menyebutkan Kerajaan To-lo-mo atau Tarumanegara. Kabar tentang Kerajaan Tarumanegara juga dibawa oleh Pendeta dari Kashmir, yaitu Gunawarman, yang menyebutkan bahwa masyarakat Tarumanegara menganut kepercayaan Hindu.
Kerajaan Tarumanegara mengalami masa kejayaan saat dipimpin oleh Purnawarman. Ia bergelar Sri Maharaja Purnawarman Sang Iswara Digwijaya Bhima Prakarma Suryamaha Purusa Jagatpati yang memerintah pada 395-434 Masehi.
Pada masa pemerintahannya, ia juga memperluas kekuasaan dengan menaklukkan beberapa kerajaan kecil di Jawa Barat. Kerajaan Tarumanegara juga membangun pelabuhan dan memperhatikan aliran sungai. Sebab, sungai menjadi sarana perekonomian penting sehingga pembangunan sungai membangkitkan perekonomian pertanian dan perdagangan kerajaan. Beberapa kebijakan Purnawarman terkait dengan pembangunan sungai adalah:
-
Pada tahun 410 Masehi Purnawarman memperbaiki Kali Gangga hingga Sungai Cisuba yang terletak di daerah Cirebon.
-
Pada 412 Masehi, ia memperindah alur Kali Cupu yang mengalir hingga istana raja.
-
Tahun 413 Masehi membangun Sungai Cimanuk
-
Pada 417 Masehi, Kali Gomati dan Cakrabaga diperbaiki.
-
Pada 419 Masehi, ia memerintahkan untuk memperdalam Sungai Citarum yang dinilai sebagai sungai terbesar di wilayah Kerajaan Tarumanegara.
Setelah kepemimpinan Purnawarman, terdapat beberapa raja yang memerintah Kerajaan Tarumanegara, yatitu:
-
Wisnu Warman (434-455 Masehi)
-
Indrawarman (455-515 Masehi)
-
Candrawarman (515-535 Masehi)
-
Suryawarman (535-561 Masehi)
-
Kertawaman (561-628 Masehi)
-
Sudhawarman(628-639 Masehi)
-
Hariwangsawarman (639-640 Masehi)
-
Nagajayawarman (640-666 Masehi)
-
Linggawarman (666-669 Masehi)
Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara mulai mengalami kemunduran di bawah kepemimpinan Sudhawarman. Ia memberikan kebijakan otonomi daerah kepada raja-raja di bawahnya, namun tanpa pengawasan. Akibatnya, terjadilah perpecahan di Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara pecah menjadi dua, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.