Surabaya, Nawacita– Pada Kamis 23 April 2020 kemarin Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot) merilis pasien Covid-19 yang sembuh di Surabaya sebanyak 1.380 orang. Data itu terdiri dari Orang Dalam Pengawasan (ODP) sebanyak 1.086. Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 243 orang. Serta 51 pasien terkonfirmasi yang telah sembuh.
Sayangnya data tersebut justru dipertanyakan oleh Akmarawita Kadir selaku Sekretaris komisi D DPRD Surabaya. Sebab definisi kata sembuh dianggap bisa membiaskan data.
Menurutnya pasien yang dikatakan sembuh bukanlah kategori ODP. Pasalnya ODP tidak harus menjadi pasien terlebih dahulu. Tapi bisa disebabkan saat seseorang yang bersinggungan dengan pasien terkonfirmasi.
“Kalau dari definisi sembuh, berarti kan pernah sakit. Sehabis sakit lalu sembuh. Apakah ODP itu sakit?” tanya Akmarawita saat ditemui di gedung DPRD Surabaya pada Senin 27 Maret 2020.
Laki-laki yang berlatar belakang sebagai dokter ini juga mengungkapkan orang yang bisa dikatakan sembuh apabila menyandang status PDP, orang tanpa gejala (OTG) atau terkonfirmasi saja. Sedangkan ODP belum tentu terpapar oleh virus.
“Sehingga ODP dikatakan sembuh itu kurang tepat. Karena yang dimaksud sembuh itu yang sakit atau terpapar,” ungkapnya.
Lanjutnya, klaim pasien sembuh seperti ini bisa berbahaya. Sebab bisa membiaskan data yang ada. Baik di skala lokal maupun di pusat.
“Seharusnya data yang sesungguhnya adalah orang yang terkonfirmasi lalu sembuh. Itu baru bisa dikatakan sembuh. Kalau ODP dikatakan selesai penanganan, oke,” lanjutnya.
Sebelumnya, dr Ponco Nugroho Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya mengatakan, dari data 1.380 pasien yang sudah dinyatakan sembuh.
“Angka kesembuhan lebih tinggi 6 persen dari pada kematian,” kata dr Ponco di Balai Kota Surabaya, Kamis (23/04/2020).
Ia mengungkapkan, semua pasien yang telah sembuh tersebut, merupakan pasien rawat jalan dan rawat inap. Bagi pasien rawat jalan, Pemkot Surabaya telah memberikan perhatian melalui berbagai macam intervensi. Mulai dari permakanan sehari tiga kali, minuman tradisional pokak, telur rebus, vitamin, masker bahkan kebutuhan pribadi
““Bu Wali selalu memberikan perhatian itu. Seperti bersurat, mengirimkan berbagai kebutuhan dan pokak itu dibuat sendiri oleh ibu. Kami berusaha semaksimal mungkin agar imun mereka meningkat. Apalagi psikis orang yang diperhatikan itu positif thinking dapat menambah imun,” pungkasnya.
(and)


