Palu, Nawacita – Presiden Joko Widodo menghadiri acara Kongres Nasional ke-XIX PB PMII di Masjid Agung Darussalam, Palu, Sulawesi Tengah. Presiden Jokowi tiba sekitar pukul 08.00 WITA.
Pantauan di lokasi, pejabat yang hadir yakni Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Prof Mohamad Nasir, Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Rudy Sufahriadi. Disusul Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Kepala BNP2TKI Nusron Wahid dan sejumlah pejabat Pemda Palu.
Ketua Panitia Nasional Kongres PB PMII Yakin Simatupang mengatakan, Kongres Nasional ini akan dibuka secara resmi oleh Presiden Jokowi. Sedangkan tema yang diambil meneguhkan konsensus bernegara untuk Indonesia berkeadaban.
“Situasi akhir ini Indonesia gerakan yang anti Pancasila momen ini konsensus bernegara, ya Pancasila. Pandangan yang ingin melakukan di luar Pancasila saya kira itu inkonstitusional,” kata Yakin Simatupang sebelum acara dimulai di Masjid Agung Darussalam, Jl WR Supratman, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (16/5/2017).
Kongres ini akan diadakan 15-19 April dengan diikuti peserta kader sebanyak 1.000 kader dari 238 cabang dan 25 pengurus tingkat provinsi. Sedangkan 15 kader akan dipilih sebagai calon ketua umum PB PMII 2017-2019.
PMII didirikan sejak 17 April 1960 di Sekolah Mu’amalat NU Wonokromo, Surabaya. Latarbelakang PMII berdiri saat itu carut marutnya situasi politik bangsa Indonesia dalam kurun waktu 1950-1959. Serta tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada.
“Pak presiden kami sengaja laksanakan kongres di Tanah Tadolaku bertema meneguhkan konsensus bernegara untuk Indonesia berkeadaban. Tanah ini pusat radikal Islam, di tanah ini pusat dari gerakan menentang NKRI, PMII sengaja membuat tanah ini untuk membuktikan jika PMII tidak sejengkal untuk mereka yang mau mengubah Pancasila dan mengancam NKRI kami tidak mundur. Sebelum kami maju ada Pak Tito yang maju duluan, ada kakak Banser, kalau Pak Tito sudah kalah baru PMII maju,” kata Aminudin.
“Kami minta presiden gerakan (radikal) ini tidak bertumbuh di tanah air, kami tidak takut. Kita yang mendirikan republik ini, kita punya sejarah dengan ulama konsensus pancasila ideologi jangan mereka yang baru paham keagamaan yang sok paling benar,” imbuh dia.
“Satu tahun 2015-2016 rasio gini terus menurun artinya apa pemerataan nasional sedang bekerja, presiden kerja kerja pembangunan infrastruktur perlu dan revolusi mental untuk daya saing itu penting juga Pak Presiden,” tutup dia.


