Nawacita.co – Profesi driver ojek online kerap diasosiasikan dengan figur laki-laki. Namun, tiga Srikandi Surabaya ini mampu melawan arus dan membuktikan bahwa perempuan pun bisa setara dan menjadi inspirasi bagi sekitarnya
Kisah Nurhayati (49) dalam menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang perguruan tinggi ini patut dijadikan teladan. Nurhayati yang sehari-hari merupakan driver GO-JEK, ingin memberikan dukungan terbaik untuk putra dan putrinya yang saat ini sedang berkuliah di Universitas Islam Sultan Agung Semarang dan Universitas Airlangga.

Perekonomian keluarga Nurhayati sempat goyang ketika butik tempat ia bekerja sebelumnya sebagai kurir tutup. Saat itu, Nurhayati terpaksa harus menganggur tanpa penghasilan di tengah tuntutan ekonomi yang terus berjalan. Nurhayati memutuskan untuk mendaftar ke GO-JEK setelah melihat liputan di salah satu stasiun televisi. Ia merasa profesi ini dapat memberinya kesempatan untuk mendukung perekonomian keluarga sekaligus menjalin pertemanan yang lebih luas lagi. Terbukti, dari hasil bekerja sebagai driver GO-JEK, Nurhayati dapat mencukupi keperluan keluarga sehari-hari dan dapat menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang perguruan tinggi.
Nurhayati mengaku bahwa dirinya sangatbersyukur dengan pekerjaannya saat ini.“Saya bekerja dengan tujuan ibadah, karena jasa kita itu sangat membantu orang lain. Dengan membantu orang lain, ada kebanggaan tersendiri,” tutur Nurhayati. “Mungkin hanya dengan ini cara saya membantu sesama,” lanjutnya.
Selain itu, dukungan keluarga menjadi hal yang sangat berperan penting dalam menjaga semangat Nurhayati ketika bekerja. Sang suami bahkan sempat membelikan peta kota Surabaya untuk mempermudah Nurhayati dalam bekerja. Dukungan positif juga turut mengalir dari sang anak. Saat Nurhayati mengantarkan putrinya ke kampus dengan mengenakan jaket GO-JEK kebanggaannya, sang anak dengan bangga mengenalkan ibunya sebagai seorang driver GO-JEK di hadapan teman -temannya.

Kebanggaan serupa juga tercermin dari sosok satu ini. Di usianya yang masih muda, Sherly Novitasari (23), yang merupakan mahasiswi semester akhir jurusan Bahasa Inggris Universitas Negeri Surabaya (UNESA), sudah memutuskan untuk mandiri secara finansial dari hasil kerja kerasnya.Agar tidak lagi membebani orang tua untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga biaya kuliahnya, Sherly berkerja paruh waktu sebagai driver GO-JEK di kawasan Siduarjo-Surabaya.
Sebagai anak muda, tidak ada rasa malu di benak Sherly dengan pilihan pekerjaan tersebut. Sherly pernah mendapatkan pelanggan yang juga adalah teman kuliahnya. Alih-alih menyepelekan, Sherly malah diapresiasi oleh temannya sendiri atas kerja keras yang dilakukannya.
Sherly mengaku, lewat GO-JEK ia banyak menemukan hal-hal yang memupuk toleransinya terhadap keberagaman. Menurutnya, sangat penting untuk seorang driver ojek untuk memiliki jiwa sosial, karena pekerjaan tersebut sangat bersentuhan langsung dengan masyarakat.
“Untuk perempuan di luar sana, selagi sehat dan punya umur, lakukanlah hal yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Kalau laki-laki bisa, kita juga pasti bisa,” pesan Sherly.

Semangat serupa juga lekat di jiwa Djuwariningsih (42). Ibu rumah tangga yang lebih akrab dipanggil Arin ini kerap merangkul orang-orang di sekitarnya untuk peduli dengan komunitasnya. Sebagai driver GO-JEK yang aktif bersosialisasi, Arin dipercaya oleh teman-teman sesama driver untuk memberikan informasi yang berguna dan terpercaya di komunitas driver. Kehadiran Arin mampu menyuntikkan semangat bagi rekan-rekannya.
Semangat berorganisasi telah terpupuk di dalam jiwanya. Arin merupakan anggota aktif dari Jalasenasri yang merupakan organisasi wanita persatuan istri-istri pejuang TNI AL. Mulanya, sang suami sempat mengkhawatirkan keselamatan sang istri dengan menjadi driver ojek online. Namun Arin dapat meyakinkan sang suami tentang solidaritas GO-JEK yang kuat sehingga ia tetap bisa menjalankan pekerjaan dengan aman dan nyaman.
Ibu dengan 4 orang anak ini pun sempat dilarang oleh anaknya sendiri saat mulai bekerja sebagai driver GO-JEK. Sang anak merasa malu ketika dijemput sang ibu yang mengenakan jaket GO-JEK. Namun, berkat edukasi terus menerus yang dilakukan oleh anggota keluarga yang lain, sang anak akhirnya dapat menerima profesi ibunya. Bahkan, saat ini Arin menjadi populer di kalangan teman-teman sang anak.
Pekerjaan sebagai driver GO-JEK dianggap Arin sebagai hal yang patut disyukuri. Selain dapat membantu perekonomian keluarga, ia pun dapat dengan leluansa mengatur waktu antara pekerjaan dan keluarga. Selain itu, ia juga bisa menambah jaringan pertemanan yang luas dengan komunitas driver GO-JEK.
“Meski di Gojek, kita bisa berkreasi dengan kreatif,” pesan Arin. ( Dny)


