Home STARTUP Healthy Tangkal Autoimun Dengan Pola Hidup Sehat

Tangkal Autoimun Dengan Pola Hidup Sehat

0
Tangkal Autoimun Dengan Pola Hidup Sehat

Ki-Ka Reskia Dwi Lestari: Marketing Communication Manager, Dr. dr. Gatot Soegiarto, SpPD, KAI: dokter spesialis Alergi Imunologi, Dra. LM. Sriwoelan : Regional Head Reg 6, Eko Praptiningsih, SE: Regional Marketing Manager Reg 6.


SURABAYA,Nawacita.co – Autoimun merupakan penyakit yang diakibatkan adanya gangguan Sistem kekebalan tubuh (imun). Penyakit ini belum diketahui penyebab pastinya, sehingga sangat penting bagi masyarakat untuk mendapat informasi terkait penyakit autoimun tersebut.

Penyakit autoimun yang sering ditemukan adalah Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang sering kita dengar dengan sebutan penyakit lupus dan Rheumatoid arthritis atau yang biasa kita kenal dengan rematik. Padahal sebenarnya terdapat lebih dari 80 tipe penyakit autoimun, salah satunya adalah penyakit lupus yang memiliki angka kejadian mencapai 0,5% dari total penduduk. Diketahui pula bahwa prevalensi penyakit autoimun pada wanita lebih tinggi jumlahnya dibandlngkan pada pria.

Kurangnya edukasi akan penyakit autoimun membuat masyarakat tidak menaruh perhatian pada penyakit autoimun. Menyadari pentingnya edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyakit autoimun, maka Prodia mengadakan seminar nasional dengan tema Keep Strong Stay Healthy Menghadapi Penyakit Autolmun.

Seminar Keep Strong Stay Healthy Menghadapi Penyakit Autoimun akan digelar di delapan kota di seluruh Indonesia yang dimulai pertama kali di kota Bogor. Surabaya akan menyelenggarakan seminar ini di GRHA Prodia Surabaya. Hadir sebagai pembicara utama Dr., dr. Gatot Soegiarto, Sp.PD, KAI yang memaparkan seputar patofisiologi, jenis-jenis autoimun, faktor risiko, diagnosis, pencegahan dan pengelolaan (termasuk nutrisi), dan Regional Product Executive PT. Prodia Widyahusada Tbk., Nur Ainsyah Oktavia S.Si., M.M. yang memaparkan seputar peran biomarker dalam penegakan diagnosis autoimun serta pemeriksaan pendukung.

DR. dr. Gatot menyatakan bahwa penting bagi masyarakat untuk mengetahui informasi seputar penyakit autoimun agar dapat sejak dini menjadi waspada, mengenali faktor risiko sejak dlni, berupaya menghindari faktor pencetus, penyakitnya bisa dikelola sejak dini, namun di sisi lain tidak kemudian menjadi paranoid terhadap penyakit ini. “Autoimun menjadi penyakit yang penyebabnya multifaktorial, meliputi kecenderungan / bakat genetik, penyimpangan respons imun berupa kecenderungan respons inflamasi terhadap faktor-faktor lingkungan seperti infeksi, stress, paparan sinar ultra violet, merokok, diet dan defisiensi nutrisi tertentu“ Beberapa penelitian membuktikan bahwa, defisiensi vitamin D merupakan salah satu faktor risiko seseorang terkena penyakit ini dan saya rasa masyarakat belum banyak yang tahu tentang hal ini. Oleh karena itu sangat penting bagi” masyarakat untuk mengetahui informasi seputar autoimun ini. Mulai dari faktor risiko, bagaimana pencegahannya, deteksi gejala klinis, hingga pengelolaan penyakit bagi mereka yang memang sudah terdiagnosis.” tuturnya.

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyakit autoimun berhubungan dengan kekurangan vitamin D. Disebutkan bahwa kadari vitamin D pada pasien autoimun umumnya rendah. Di Indonesia prevalensi defisiensi vitamin D pada wanita berusia 45-55 tahun adalah sekitar 50%. Penelitian di Indonesia dan Malaysia menemukan defisiensi vitamin D sebesar 63% terjadi pada wanita usia 18-40 tahun. Sedangkan penelitian pada anak 1-12,9 tahun, ditemukan 45% anak mengalami isufisiensi vitamin D. Oleh karena itu pemantauan kecukupan vitamin D dalam tubuh perlu dilakukan.

Regional Product Executive PT. Prodia Widyahusada Tbk. Nur Ainsyah Oktavia S.Si., M.M., mengatakan bahwa skrining autoimun bagi mereka yang sehat memang tidak ada. Selama pemeriksaan laboratorium untuk memantau kecukupan vitamin D dalam tubuh, terdapat pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk memantau kondisi mereka yang sudah mengalami autoimun. “Pemeriksaan autoimun yang tersedia diperuntukan bagi individu yang bergejala, untuk menapis apakah ada risiko mengalami autoimun atau tidak yaitu pemeriksaan ANA IF. Selain itu tersedia juga pemeriksaan untuk membantu menentukan jenis autoimun yang diderita yaitu ANA Profile, Anti dsDNA NcX, ProALD, AMA M2, dan lain lain. Tersedia preventif terhadap penyakit.” ungkap Reskia. (Dny)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here