Ulama Madura Minta PBNU Tegakkan Khittah dan Perkuat Syuriyah
Surabaya, Nawacita – Di tengah memanasnya dinamika internal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), suara tegas datang dari Madura. Para kiai sepuh dari empat kabupaten di pulau itu berkumpul di Ndalem Kasepuhan Kiai Kholil, Pesantren Annuriyah, Bangkalan, 2 Desember 2025.
Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia) sekaligus Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015, KH Imam Jazuli menyampaikan ada tiga poin maklumat yang secara halus tetapi tegas mengkritik carut-marut yang belakangan mencoreng wibawa PBNU.
“Pertama Alarm Moral atas Kegaduhan PBNU, kedua Syuriyah Harus Menjadi Kompas Utama, dan ketiga Seruan Menenangkan Umat dan Mengikat Persatuan,” ujarnya saat memberi keterangan pada Rabu (3/12/2025).
Baca Juga: Forum Sesepuh NU Serukan Pengurus PBNU Hentikan Pernyataan Memecah Belah
Ia menegaskan seruan tersebut penting mengingat tensi publik yang meningkat seiring isu pelanggaran berat hingga kebuntuan komunikasi di tingkat pusat.
“Maklumat ini juga secara implisit memberi restu pada langkah-langkah struktural yang akan ditempuh PBNU, termasuk Rapat Pleno 9–10 Desember 2025 di Jakarta. Forum ini berpotensi menetapkan Pejabat Sementara (Pjs) Ketua Umum serta mematangkan opsi Muktamar Percepatan,” tegas Imam
Ia dan Para kiai mengingatkan bahwa pleno adalah forum tertinggi setelah Muktamar dan Konbes. Artinya, apa pun keputusan yang diambil nanti sah, mengikat, dan harus menjadi titik akhir polemik. Percepatan Muktamar pun dianggap sebagai jalan konstitusional terbaik untuk mengakhiri kevakuman kepemimpinan.
Imam memperkuat sekali lagi bahwa Maklumat ulama Madura bukan sekadar seruan moral, ini adalah “rem tangan” yang ditarik oleh para penjaga khittah. Pesannya lugas: PBNU harus kembali pada jalur organisasi, Syuriyah harus diberi ruang penuh memimpin penyelesaian, dan Nahdliyin harus menjaga persatuan.
Di tengah turbulensi internal, suara Madura kembali menjadi penanda arah. Sebagaimana dahulu Syaikhona Kholil menjadi penuntun kelahiran NU, hari ini para dzurriyah dan kiai Madura kembali mengingatkan: menjaga rumah besar NU adalah kewajiban bersama. Alus


