Profil KH. Anwar Manshur, Kiai Sepuh Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo
JAKARTA, Nawacita – Profil KH. Anwar Manshur, Di tengah polemik tayangan Xpose Uncensored Trans7 yang menyinggung kehidupan pesantren, nama KH. Anwar Manshur kembali mencuat.
Namun, di luar kontroversi itu, ulama sepuh pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, ini sesungguhnya adalah sosok yang dihormati lintas generasi – dari para santri hingga pejabat tinggi negara.
Kiai yang akrab disapa Mbah Anwar ini dikenal sebagai guru besar moral bangsa, penjaga tradisi keilmuan pesantren, dan penyejuk bagi ribuan santri yang menimba ilmu di Lirboyo.
Kepribadiannya yang tenang, khidmat, dan istiqamah dalam mengajar menjadikannya salah satu figur kunci dalam dunia pesantren Nahdlatul Ulama (NU) dan Islam Indonesia.
Profil Mbah Anwar, Kiai Sepuh dari Lirboyo
Mengutip dari laman lp2m IAI Tribakti, Rais Syuriah PBNU Jawa Timur ini lahir pada tanggal 1 Maret 1938. Mbah War, sapaan akrabnya terlahir dari pasangan KH Manshur Jombang dengan Nyai Salamah (putri ketiga KH Abdul Karim, pendiri pesantren Lirboyo).
Sejak kecil, KH. M. Anwar Manshur dibesarkan di Lirboyo. Riwayat pendidikannya dimulai dengan belajar di Pondok Pesantren Pacul Gowang Jombang, yang merupakan pondok ayahnya sendiri.
Setelah itu, ia melanjutkan pengejaran ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng hingga tingkat tsanawiyah. Selanjutnya, perjalanan pendidikannya dilanjutkan di Pesantren Lirboyo, yang terletak di kota Kediri.
Dalam perjalanan hidupnya ia menikah dengan Nyai Umi Kulsum (Putri KH Mahrus Aly). Dari pernikahan ini mereka dikarunia 8 orang anak, yaitu tiga anak laki-laki dan lima anak perempuan.
Namun, di tengah kehidupan rumah tangganya, istri KH Anwar Manshur wafat terlebih dahulu. Kemudian, Beliau menikah kembali dengan Nyai Husnah binti Ahyat.
Tidak lama setelah itu, KH Anwar Manshur mendapat ujian kembali dengan wafatnya istri kedua. Beliau kemudian menikah untuk yang ketiga kalinya dengan Nyai Mahfudzotin dari Pesantren Peterongan Jombang. Dari pernikahan ketiga ini Beliau dikarunia satu orang anak perempuan.
Di usia senjanya yang ke-87 tahun, ia masih aktif mengajar kitab kuning setiap pagi, seperti Kitab Dalailul Khairat membimbing santri dengan disiplin dan kelembutan khas pesantren.
Santrinya mengenang, KH. Anwar Manshur tak pernah melewatkan waktu tahajud, lalu mengajar hingga tengah hari tanpa henti. “Beliau itu tak hanya mengajarkan ilmu, tapi adab dan kesabaran,” tutur salah satu alumni Lirboyo yang kini menjadi dosen di UIN Malang.
Baca Juga: Kisah Riwayat Hidup Kiai Kharismatik KH Maimoen Zubair
Dekat dengan Tokoh Besar NU dan Nasional
Kharisma KH. Anwar Manshur menempatkannya dalam lingkaran tokoh besar Nahdlatul Ulama. Ia dikenal dekat dengan para kiai khos seperti KH. Maimoen Zubair, KH. Asep Saifuddin Chalim, KH. Abdul Hamid Pasuruan, hingga KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) semasa hidup.

Kedekatan ini bukan semata hubungan personal, tetapi karena peran strategis Lirboyo sebagai “poros keilmuan dan moral” NU di Jawa Timur.
Banyak tokoh politik berlatar NU kerap sowan ke Lirboyo, termasuk Mantan Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin, Ketua PBNU KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), dan Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Imin).
Bagi mereka, Lirboyo bukan sekadar pesantren, tapi pusat spiritual dan moral yang menjadi sumber legitimasi nilai dalam gerakan kebangsaan NU.
Tak jarang, setiap momentum politik penting, para elite NU dan pejabat negara meminta doa dan restu KH. Anwar Manshur sebelum mengambil keputusan besar.
“Kiai Anwar adalah cermin ketenangan dan kebijaksanaan ulama salaf. Doanya menjadi penguat dalam menjaga keseimbangan antara agama dan negara,” ujar Gus Imin dalam satu kunjungan ke Lirboyo pada 2023.
Simbol Keteladanan Santri
Pada Konferwil NU Jawa Timur tahun 2024, KH. Anwar Manshur terpilih secara aklamasi sebagai Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur, menggantikan KH. Marzuki Mustamar. Penunjukan itu disambut luas sebagai bentuk penghormatan terhadap ulama sepuh yang istiqamah dan tidak haus jabatan.
Sebagai Rais Syuriyah, Kiai Anwar mengedepankan kesejukan dan persatuan. Dalam pandangannya, perbedaan di tubuh umat dan bangsa harus dikelola dengan adab, bukan dengan amarah.
“Pesantren mengajarkan keseimbangan: di mana ada rakyat santun, di situ lahir pemimpin berwibawa,” pesannya yang kini sering dikutip dalam forum-forum keislaman.
Kiai Anwar juga mendirikan Pesantren Putri Hidayatul Mubtadiat Lirboyo, menunjukkan perhatian besar terhadap pendidikan perempuan. Baginya, kemajuan bangsa tak akan tercapai tanpa keilmuan dan keadaban yang seimbang bagi laki-laki dan perempuan.
Polemik tayangan Trans7 justru menegaskan betapa besar pengaruh KH. Anwar Manshur dalam menjaga marwah pesantren. Ribuan santri, alumni, dan masyarakat luas bangkit membela dirinya bukan karena kultus individu, tapi karena cinta pada nilai yang diwakilinya: keikhlasan, ilmu, dan kehormatan.
Baca Juga: Profil Gus Baha, Kyai Karismatik Tanpa Gelar Namun Berilmu Profesor
Di tengah derasnya arus media dan politik, sosok KH. Anwar Manshur berdiri sebagai penyejuk. Ia tidak membalas dengan amarah, tetapi dengan ketenangan khas ulama sejati — menegaskan bahwa pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan benteng peradaban bangsa.

“Kami tidak menuntut balas jasa atas khidmah kami kepada bangsa ini. Kami hanya ingin terus berbuat kebaikan demi kemaslahatan umat,” ucapnya dalam tausiyahnya di Lirboyo, Ramadan lalu.
Warisan Spiritual dan Relevansi bagi Bangsa
Hingga kini, Pesantren Lirboyo di bawah asuhan KH. Anwar Manshur tetap menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terbesar di Indonesia, menampung lebih dari 35 ribu santri dari berbagai provinsi.
Di tengah modernisasi dan digitalisasi, Kiai Anwar menjadi contoh bahwa tradisi klasik bisa berdampingan dengan kemajuan zaman tanpa kehilangan ruhnya.
Dalam sosoknya tergambar keseimbangan antara kesalehan spiritual, kearifan budaya, dan keteguhan kebangsaan – nilai yang semakin relevan di tengah polarisasi sosial saat ini.
KH. Anwar Manshur bukan hanya ulama besar NU, tetapi juga penjaga akhlak bangsa, tempat para tokoh mencari arah moral di tengah riuh dunia modern.
inhnws.


