Mencetak Engineer Humanis: FTMM Unair Gaungkan AI untuk Masyarakat dan Masa Depan
SURABAYA, Nawacita – Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga (Unair) terus berinovasi dalam mengembangkan pola pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.
Dibuktikan komitmen FTMM dari pagelaran Seminar Nasional 2025 Hasil Pengabdian Masyarakat bertema “Seminar Artificial Intelligence untuk Revolusi Teknologi dan Industri Masa Depan”, pada Kamis (16/10/2025).
Seminar tersebut membahas bukti dari tidak hanya berorientasi pada penelitian, FTMM kini memperkuat sinergi antara akademisi, industri, dan masyarakat melalui seminar nasional, kuliah praktisi, serta kolaborasi industri berbasis teknologi kecerdasan buatan (AI).
Dekan FTMM Unair, Retna Apsari, menjelaskan bahwa seminar nasional tahun ini dikemas berbeda dari sebelumnya.
Baca Juga: PPMB Unair: Pendaftaran S2 dan S3 Dibuka hingga Januari 2026, Kuliah Mulai Februari
“Biasanya seminar nasional berfokus pada publikasi hasil penelitian, tapi kali ini kami ingin lebih menonjolkan output berupa hasil pengabdian kepada masyarakat. Kami kombinasikan juga dengan kuliah tamu, kuliah praktisi, dan kuliah industri,” ujarnya.
Retna mengungkapkan, dalam kegiatan tersebut, FTMM menghadirkan perwakilan dari berbagai kalangan, mulai dari akademisi ITB, praktisi industri Samsung, hingga perwakilan dari PT SPIL.
“Kolaborasi ini diharapkan dapat memperkaya wawasan mahasiswa bahwa menjadi engineer tidak hanya bekerja di balik meja, tetapi juga harus terintegrasi dengan komunitas dan industri, ” ucap Retna.
Retna menilai pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT kini menjadi keniscayaan di dunia pendidikan. Namun, penggunaannya harus proporsional dan tetap mengutamakan keaslian berpikir mahasiswa.
“AI itu membantu, tapi bukan satu-satunya. Kalau datanya salah, hasilnya pun bisa keliru. Jadi mahasiswa tetap harus punya kemampuan analisis,” tegasnya.
Retna menekankan bahwa FTMM ingin melahirkan engineer yang tidak hanya unggul secara teknologi, tetapi juga peka terhadap kebutuhan masyarakat.
“Kami ingin mahasiswa melihat bahwa teknologi dan pengabdian itu harus berjalan beriringan. Seorang engineer sejati bukan hanya pembuat solusi, tapi juga bagian dari solusi sosial itu sendiri,” tutupnya. (Al)


