Pengamat: Lesunya Kelas Menengah Jadi Pemicu Pasar Otomotif Tersendat
Nawacita – Performa penjualan mobil di Indonesia masih mengalami tantangan. Pengamat otomotif Bebin Djuana mengungkap bahwa salah satu penyebabnya lantaran turunnya daya beli kelas menengah.
“Tahun ini kondisi ekonomi tidak baik, segmen menengah bawah sangat terdampak daya belinya,” buka Bebin kepada kumparan, Rabu (2/10/2025).
Menurutnya, pasar otomotif domestik masih terbantu kalangan ekonomi menengah ke atas. Meskipun mereka sangat berhati-hati dalam melakukan pembelian.
“Segmen menengah atas yang masih memiliki daya beli enggan membelanjakan uangnya, ekstra hati-hati dalam memilih,” sambungnya.

Bebin menjelaskan, kelompok konsumen tersebut lebih tertarik dengan produk kendaraan yang dibekali fitur-fitur terkini yang mutakhir namun harga yang kompetitif. “Produk-produk seperti ini yang ditunggu. Dibeli oleh segmen menengah atas,” ucap Bebin.
Terlebih lagi, saat ini pasar otomotif Tanah Air tengah digempur produk-produk mobil listrik China dengan rentang harga yang menarik bagi konsumen kalangan ekonomi atas. Usung teknologi canggih, pajak ringan, hingga biaya operasional lebih terjangkau.
Meski ada aktivitas jual beli di segmen kendaraan atas, penyangga industri otomotif di Indonesia tetap bergantung pada daya beli masyarakat menengah ke bawah. Seperti segmentasi LCGC dan Low MPV (LMPV).
“Turunnya daya beli masyarakat middle income class yang merupakan fondasi utama yang jadi pembeli terbesar LCGC. Inilah fondasi utama sekaligus akar masalah dari seluruh tren negatif penjualan mobil saat ini,” kata akademisi ITB Yannes Martinus Pasaribu kepada kumparan beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Isuzu Big Bus, Siap Ramaikan Pasar Otomotif Indonesia?
Penjualan mobil Agustus 2025 masih minus
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales (distribusi dari pabrik ke diler) antara Juli ke Agustus 2025 naik tipis 1,5 persen dari 60.878 unit menjadi 61.780 unit. Pertumbuhannya tidak terlalu signifikan.
Sementara itu, capaian ritel tampak positif dengan peningkatan 5,7 persen dari 62.922 unit menjadi 66.478 unit di periode serupa. Kendati demikian, secara year on year masih minus dibandingkan tahun sebelumnya.
Penurunan penjualan wholesales terjadi sebesar 19 persen antara Agustus 2024 ke 2025, dari sebelumnya 76.302 unit. Sementara, angka ritel anjlok 13,4 persen dari tahun lalu sejumlah 76.806 unit.
Adapun secara kumulatif pada periode Januari hingga Agustus 2025, penjualan terkoreksi 10,6 persen di angka 500.951 unit dari 560.552 unit pada periode yang sama tahun lalu. kmpr


