ARTSUBS 2025 Hadirkan Karya Seni Spektakuler Berbahan Dasar Tanah Liat
Nawacita – ARTSUBS 2025 kembali hadir dengan kegiatan Wicara Seniman, yang digelar di Balai Budaya Surabaya, Rabu (27/8/2025).
Kegiatan tersebut mengusung tema “Material Ways : Tanah Liat, Memori, dan Sumblimitas dalam Praktik Seni Kontemporer”.
Diskusi publik tersebut menghadirkan dua seniman yang karyanya turut tampil di ARTSUBS 2025, yakni Endang Lestari dan Hermawan Dasmanto.

Dimana keduanya menampilkan karya yang menakjubkan dengan pemilihan bahan menakjubkan, yakni berbasis tanah liat.
Keduanya menghadirkan seni kontemporer yang mampu melewati sebuah batas sebuah tanah liat, namun mampu menghadirkan karya yang luar biasa.
Endang Lestari pada kesempatan tersebut menceritakan perjalanan karirnya sebagai seniman, yang awalnya dunia seni merupakan pilihan keduanya setelah design interior, namun akhirnya ketika menggeluti seni keramik dirinya menemukan sesuatu yang dirasa merupakan panggilan jiwanya.
“Akhirnya saya ketagihan mengeksplorasi keramik ini dengan teknologi dengan media lainnya, sehingga saya jatuh cinta kepada dunia keramik,” ucap Endang Lestari, Rabu (27/8/2025) malam.
Sejak menekuni seni keramik, Endang Lestari memfokuskan dirinya dan menemukan ada begitu banyak sisi yang dapat di eksplor lebih dalam lagi.
“Hingga akhirnya menemukan keramik ini menguatkan, mengikat, hingga akhirnya saya berfokus disana, saya melihat seni keramik bisa di eksplor lagi,” ujar Endang Lestari.
Baca Juga: Dorong Optimalisasi Aset, Pemkot dan DPRD Kompak Apresiasi Workshop Wartawan Surabaya
Sementara itu Hermawan Dasmanto yang berkolaborasi dengan Sungryul Jun, menjelaskan awal mula karya yang ditampilkannya terinsipirasi dari proyek di Trenggalek, dimana hal tersebut menginspirasi instalasi yang ditampilkan di ARTSUBS 2025.
“Ketika waktu itu diajak ke sana untuk diajak membantu untuk memikirkan bagaimana sebenarnya industri di Trenggalek ini bisa menggali potensi dari kota tersebut, yang pada saat itu temanya ialah industri genteng,”
Dimana saat itu Trenggalek yang awalnya dikenal sebagai industri genteng, namun sedang mengalami penurunan, sehingga Hermawan terpikir untuk membuat karya seni berdasarkan genteng yang ada saat itu.
“Jadi di Trenggalek itu kebetulan kami sedang mencoba membantu untuk memikirkan alternatif produksi tanah liat selain genteng. Dari situlah muncullah pertanyaan-pertanyaan esensial itu yang kami tuangkan dalam bentuk instalasi,” pungkas Hermawan.
Reporter : Rovallgio


