Tuesday, December 23, 2025
HomeDAERAHJABARKasus Balita Tewas karena Cacingan di Sukabumi, Dinkes Jabar: Obat Tak Diminum...

Kasus Balita Tewas karena Cacingan di Sukabumi, Dinkes Jabar: Obat Tak Diminum di Depan Petugas

Kasus Balita Tewas karena Cacingan di Sukabumi, Dinkes Jabar: Obat Tak Diminum di Depan Petugas

Bandung, Nawacita – Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, dr Raden Vini Adiana Dewi memastikan bahwa pemberian obat cacing kepada Balita oleh Puskesmas selalu dilakukan. Hal itu diutarakan dirinya saat disinggung terkait kasus kematian seorang balita di Sukabumi Jawa Barat akibat cacingan.

Ia mengatakan bahwa obat cacing selalu diberikan kepada Balita bersamaan dengan vitamin A. Namun sayangnya tenaga kesehatan tidak bisa memastikan apakah obat tersebut benar-benar diminum oleh anak atau tidak. Sebab obat cacing yang dibagikan tidak langsung diminumkan kepada anak di depan petugas Puskesmas atau tenaga kesehatan. Sehingga ada kemungkinan obat tersebut tidak diminum oleh anak.

“Sebetulnya teman-teman, pemberian obat cacing itu diberikan bersama dengan vitamin A. Nah, itu tuh sebetulnya dikasih obat cacing tuh tapi sayangnya tidak diminum di depan petugas, dibawa pulang, mungkin banyak juga yang nggak diminum,” kata Vini saat dikonfirmasi di Kampung Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Jalan Dipatiukur Bandung pada Jumat (22/8/2025).

- Advertisement -

Maka dari itu, Vini menyebut bahwa pihaknya akan merubah sistem tersebut. Nantinya pemberian vitamin A akan dibarengi dengan kewajiban bagi orang tua untuk meminumkan obat cacing kepada anaknya secara langsung di lokasi pemeriksaan, Posyandu maupun Puskesmas.

Baca Juga: IDI Jabar Soroti Lemahnya Pengawasan Pukesmas-Bidan Buntut Balita Tewas Cacingan

“Nah, jadi sekarang kami punya kebijakan di Jawa Barat, setiap memberikan vitamin A itu harus juga minum obat cacing,” ucap dia.

Terlebih, lanjut dia, potensi masyarakat Jawa Barat untuk terkena cacingan cukup tinggi. Hal itu dikarenakan makanan khas orang Jawa Barat berupa lalapan dan sayuran mentah. Menurutnya, jika kondisi lalapan maupun sayuran tidak dalam kondisi higienis maka ada kemungkinan telur-telur cacing bisa bersarang di sana. Apalagi jika orang yang akan memakan makanan tersebut tidak mencuci tangan terlebih dahulu.

“Karena kan kalau orang Jawa Barat tuh senang sayuran bubuahan ya, lalaban ya, nah itu tuh sebetulnya si telur-telur cacing tuh bisa nempel di situ, di Jawa Utama, ketika makanannya mentah. Yang kedua adalah ketika tidak cuci tangan,” papar Vini.

Disinggung terkait penyebaran kasus cacingan di Jawa Barat, Vini mengungkapkan bahwa pihaknya belum bisa memastikan hal tersebut. Sebab belum ada catatan resmi terkait kasus cacingan yang terjadi di masyarakat. Sebab, pemberian obat cacing selalu rutin dilakukan sehingga tidak banyak kasus yang terlaporkan.

“Nah, jadi begini, untuk cacing ini, kita itu sebetulnya karena pemberian obat cacing ini rutin, jadi tidak banyak kasus yang terlaporkan. Begitu sudah diketahui di masyarakat, ya langsung diobati gitu,” tutur dia.

Baca Juga: Menkes Sebut Kasus Kematian Raya Akibat Cacingan Jadi Alarm Pemerintah untuk Evaluasi Layanan Kesehatan

Sebelumnya, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Barat, dr. Muhammad Luthfi menjelaskan bahwa penyakit cacingan sendiri masih menjadi penyakit yang cukup Endemis atau penyakit khusus yang terjadi di 30 persen wilayah tertentu di Jawa Barat.

“Ini kan permasalahan kesehatan masyarakat ya sebetulnya ya. Kalau penyakit Ascariasis itu kan endemis di Jawa Barat ya. Sekitar lebih dari 30 persen daerah di Jawa Barat itu kan masih endemis ya terhadap Ascariasis,” jelas Luthfi.

Ia menyebut bahwa penyakit tersebut rentan menular dari kotoran kepada manusia melalui saluran makanan. Apalagi, jika hal tersebut menimpa seorang balita yang secara fisik belum terlalu kuat untuk melawan bakteri dalam tubuhnya. Menurut Luthfi, idealnya seorang balita harus hidup dan ditempatkan di lingkungan yang sehat dan bersih guna meminimalisir masuknya bakteri ke dalam tubuh.

“Ya sebetulnya kan harus menerapkan pola hidup bersih dan sehat ya. Itu kalau itu kan penularannya dari kotoran ke manusia gitu ya yang kemakan gitu ya. Jadi ya idealnya sih tidak boleh ya main di situ ya. Apalagi tidak menggunakan alas kaki, mainan tanah gitu ya kan itu penuh kotoran ya seperti itu,” ungkap dia.

Reporter: Niko

RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Terbaru