Bandung, Nawacita.co – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi berencana membangun ratusan ruang kelas baru di Jabar serta lima sekolah baru di wilayah Bogor, Bekasi serta Bandung Raya.
Lima sekolah tersebut ditargetkan bakal terealisasi pada tahun 2026 mendatang.
Dedi mengatakan, pembangunan lima sekolah itu bakal dilakukan di Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.
Lima wilayah tersebut menjadi fokus dirinya mengingat jumlah sekolah negeri di wilayah-wilayah tersebut sangat minim hingga akhirnya menyebabkan proses rekrutmen sekolah menjadi lambat.
“Tetapi di tahun 2026 kita akan membangun 5 sekolah baru lagi. Dan di mana fokus perhatian kita itu di Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, kemudian Kota Bandung, dan Kabupaten Bandung. Yang menarik adalah bahwa justru rekrutmen sekolah yang mengalami perlambatan karena ketersediaan sekolah negeri terbatas itu di pusat kota,” ungkap Dedi, Kamis (7/8/2025).
Menurutnya, hal itu terjadi karena pemerintahan sebelum dirinya tidak memprioritaskan sektor pendidikan.
Bahkan dirinya menemukan data yang menunjukan bahwa tidak ada satu sekolah pun yang dibangun pada tahun 2020. Selain itu anggaran murni tahun 2025 yang telah diterima oleh Dedi juga tercatat tidak mencantumkan pembangunan ruang kelas baru.
“Kenapa itu terjadi? Karena selama ini, mohon maaf ya, pemerintah terdahulu tidak memprioritaskan pendidikan, tidak membangun ruang kelas baru, tidak membangun sekolah baru,” tegasnya.
Atas itulah, lantas membuat Dedi melakukan pergeseran anggaran sebesar Rp350 miliar untuk menunjang sektor pendidikan di Jawa Barat. Sehingga pemerintah provinsi memiliki anggaran yang cukup dan memadai untuk menunjang sektor pendidikan di Jawa Barat.
“Jadi yang terjadi hari ini adalah perubahan-perubahan APBD berdasarkan realokasi anggaran yang kita miliki, sehingga kita hari ini memiliki kecukupan membangun sekolah baru, ruang kelas baru, satu kelasnya satu toilet. Kemudian ruang kelasnya ada yang ber-AC di daerah panas, kemudian membangun jalan menuju sekolah, setiap sekolah kita akan membangun trotoar, bangun halte kemudian kecukupan air bersihnya akan menjadi perhatian kita seluruhnya,” paparnya.
Dedi juga mempertanyakan soal APBD sebelumnya yang dinilai dirinya tidak transparan kepada publik, bahkan tidak memfokuskan kepada kepentingan publik termasuk sektor pendidikan. Sementara ketika dirinya sekarang memprioritaskan, hal tersebut malah membuat banyak pihak yang buka suara bahkan menyoroti dirinya.
“Yang harus menjadi perhatian saya adalah, pertanyaan saya mendasar adalah, ketika dulu uang APBD tidak tersampaikan kepada publik secara terbuka, tidak memfokuskan prioritas anggaran pada yang menjadi kepentingan publik. Ketika pemerintah tidak bangun sekolah, ketika pemerintah tidak bangun ruang kelas baru, ketika banyak sekali orang pergi ke sekolah, sudah masuk kelas dikeluarkan lagi tidak diterima, hingga diukur jalannya. Kenapa pengamatnya pada diam? Sekarang baru ribut, kenapa baru sekarang? Ya kan,” tegasnya.
Reporter : Niko


