Tuesday, December 23, 2025
HomeSTARTUPLifeStyleKisah Bayu Kabul: Perjalanan Batin Seniman Temukan Ketenangan di Antara Birunya Cinta 

Kisah Bayu Kabul: Perjalanan Batin Seniman Temukan Ketenangan di Antara Birunya Cinta 

Surabaya, Nawacita.co – Pameran seni bertajuk “Birunya Cinta” yang digelar di Surabaya pada 19–21 Juli 2025, bukan sekadar unjuk karya visual.
Ia adalah potret perjalanan batin seorang seniman yang menjadikan warna, garis, dan aroma sebagai bahasa untuk menyampaikan kisah hidupnya tentang kehilangan, kesepian, cinta baru, hingga harapan masa depan.
Adalah Bayu Kabul, seniman asal Surabaya, yang membalut kisah cintanya dengan nuansa biru yang mendalam.
“Di perjalanan saya, dikekosongan dan kesendirian saya, saya menemukan biru,” ungkapnya lirih saat ditemui di ruang Galeri Merah Putih, Surabaya, Senin (21/7/2025).
Bayu menjelaskan bahwa warna biru yang mendominasi karyanya bukan hanya sekadar pilihan estetis, tetapi simbol ketenangan dan kedalaman emosional yang ia temukan dalam relung hatinya yang sunyi.
Warna biru yang mendominasi karyanya bukan hanya sekadar pilihan estetis, tetapi simbol ketenangan dan kedalaman emosional yang ia temukan dalam relung hatinya yang sunyi.
Tak hanya permainan warna dan bentuk, instalasi seni dalam pameran ini juga mencoba menggugah indera penciuman dan memori.
Bau asap dan sisa-sisa pembakaran jerami menjadi bagian dari pengalaman yang ia ciptakan, untuk menggambarkan suasana pedesaan tempat kekasihnya berasal.
“Saya terjemahkan aroma itu dengan kertas, karena saya tinggal di kota. Tapi sebenarnya itu jerami,” jelas Bayu sambil menunjukkan potongan-potongan kertas yang tergantung, menyerupai bentuk orang-orangan sawah.
Bagi Bayu, kertas-kertas itu juga menjadi simbol lain.
“Di desa, orang menggunakan orang-orangan sawah untuk mengusir burung. Tapi saya, mengusir kejenuhan,” katanya, menjadikan seni sebagai pelampiasan dan penyembuhan.
Pameran ini bukan hanya ekspresi seni; ini adalah bagian dari perayaan cinta. Bayu menyebut, proses kreatifnya dimulai sejak Maret, seiring perjalanan emosional dan komunikasi yang ia bangun dengan calon istrinya.
“Saya ingin menjemput pernikahan saya dengan bahasa saya sendiri, karena saya seorang seniman,” tegasnya.
Pameran “Birunya Cinta” berlangsung selama tiga hari, dan ditutup pada hari ini, 21 Juli 2025.
Sebuah pameran yang tidak hanya mengajak pengunjung melihat, tapi juga merasakan: bahwa cinta, seberapa pun dalam lukanya, tetap bisa tumbuh kembali—dalam warna, dalam aroma, dalam karya.
Reporter : Alus Tri
RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Terbaru