Alarm Dini Penyakit Jantung: Heartology Ungkap Tren Kasus Muda dan Solusi Intervensi
SURABAYA, Nawacita – Alarm Dini Penyakit Jantung, Salah satu rumah sakit swasta di Jakarta, Heartology Cardiovascular Hospital mengungkap sejumlah fakta menarik mengenai tren penyakit jantung di Indonesia, khususnya seputar tindakan intervensi seperti pemasangan ring atau stent jantung.
President Director Heartology Cardiovascular Hospital, Ridwan Tjahjadi Lembong, mengungkapkan dari sekitar 100 hingga 120 tindakan per bulan yang dilakukan rumah sakit tersebut, sekitar 50 hingga 60 persen di antaranya merupakan tindakan intervensi untuk penyakit jantung koroner.
“Kami mulai menemukan kasus-kasus jantung koroner pada pasien berusia 35 hingga 40 tahun. Bahkan sudah mulai muncul indikasi sejak usia 32 tahun,” jelas Dokter Ridwan, (25/6/2025).
Ia memaparkan dugaan kuat terkait dengan pola hidup masyarakat modern, mulai dari konsumsi makanan cepat saji, kurangnya aktivitas fisik, hingga kadar kolesterol yang tak terkendali. “Waktu pandemi, orang masih sempat olahraga di rumah, bersepeda, lari. Tapi sekarang, sudah kembali sibuk bekerja dan aktivitas fisik jauh berkurang,” tambahnya.
Baca Juga: BPJS Kesehatan Cabang Surabaya Klarifikasi Isu 144 Penyakit Tidak Ditanggung Rumah Sakit
Selain itu juga, selama pandemi COVID-19, banyak pasien yang sebelumnya melakukan tindakan pemasangan ring di luar negeri akhirnya melakukan perawatan lanjutan di dalam negeri karena pembatasan penerbangan. Kondisi itu memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan jantung di dalam negeri.
“Kini, semakin banyak pasien yang datang untuk melakukan screening dini karena mendapatkan rekomendasi dari keluarga atau kolega yang pernah menjalani tindakan serupa,” ungkap Dokter Ridwan.
Saat ini rumah sakit swasta seperti Hartologi tengah mempersiapkan diri menjadi pusat transplantasi jantung kedua.
“Kami sudah siapkan ruang operasi dan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan standar transplantasi jantung. Jika pemerintah sudah siap meluncurkan program ini, kami tidak keberatan untuk menjadi mitra dalam menarik daftar tunggu pasien,” jelasnya Dokter Ridwan.
Ia menekankan, meski prosesnya masih berjalan, pihak rumah sakit optimistis bahwa Indonesia akan mampu menjalankan transplantasi jantung secara mandiri dalam waktu dekat.
Melihat tren yang berkembang, dokter tersebut menekankan pentingnya edukasi masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat dan pemeriksaan jantung secara rutin, terutama di usia produktif.
“Genetik memang berperan, tapi gaya hidup tetap jadi faktor terbesar yang bisa kita kendalikan,” ucap Dokter Ridwan.
Ia berharap, dengan kesadaran lebih tinggi terhadap kesehatan jantung, diharapkan angka kejadian penyakit jantung bisa ditekan, dan Indonesia bisa melangkah lebih maju dalam layanan medis kardiovaskular.
(Al)


