Nawacita, Jakarta – Tanpa kopi, hidup terasa hampa. Apresiasi pada kopi mendorong anak muda itu menciptakan beragam gebrakan baru menggairahkan industri kopi dalam negeri.
Dengan populasi Indonesia yang mayoritas Muslim, kedai-kedai kopi jadi tempat nongkrong, bahkan ruang publik bagi mereka. Hal ini berbeda dengan negara-negara non-Muslim yang memanfaatkan bar.
Hal tu dimungkinkan karena dalam piramida penduduk, anak muda mendominasi jumlah penduduk di Tanah Air. Komposisi antara generasi (gen) Z yang lahir pada 1997-2021 dan generasi milenial yang lahir pada 1981-1996 hampir setara.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, populasi gen Z mencapai 74,93 juta jiwa pada 2020 atau 27,9 persen komposisi penduduk sekaligus menjadi kelompok terbesar di Indonesia. Tepat di bawahnya ada generasi milenial yang mencapai 69,38 juta jiwa atau 25,87 persen dari total penduduk.
Mereka dengan mudah ditemukan di kedai-kedai kopi yang tersebar di banyak penjuru negeri.
Keberadaannya membawa perubahan tren kopi yang begitu cepat. Banyak kafe dan kedai kopi terus bermunculan, bahkan menjamur di berbagai kota untuk memenuhi pasar kelompok dominan, yakni anak muda.
Anak-anak muda bahkan rela mengeluarkan 3-6 persen pendapatannya per bulan untuk mengonsumsi kopi. Sebab, komoditas itu telah menjadi bagian dari gaya hidupnya.
Sekar Kinash yang akrab disapa Kinkin (27), seorang karyawan swasta, mengatakan, kopi telah menjadi alat untuk bersosialisasi. Baginya, kopi tak hanya sekadar menyeruput minuman, tetapi bisa dimaknai lebih dalam. “Akhir-akhir ini, sepertinya kata ‘ngopi’ sama dengan nongkrong meski kita enggak selalu pesan kopi. Ketemu dengan orang-orang juga di coffee shop,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (21/10/2023).
Perjumpaan dengan sesama di kedai kopi dinilainya dapat diterima seluruh kalangan ketimbang bertemu di bar. Kedai dinilai lebih “ramah” sehingga kopi memang cocok jadi kawan bersantai.
Akhir-akhir ini, sepertinya kata ‘ngopi’ sama dengan nongkrong meski kita enggak selalu pesan kopi.
Hampir saban hari, ia berangkat kerja ditemani segelas kopi dan roti. Rata-rata, Kinkin menghabiskan Rp100K per hari. Sehingga pengeluaran untuk ‘ngopi’ bisa 5-6 persen dari pendapatannya per bulan. kompas.id


