Potret Lingkungan Karanglo di Kota Mojokerto disulap Jadi Kampung Lele
Mojokerto, Nawacita – Budidaya lele pada umumnya dilakukan oleh perseorangan, namun di Mojokerto tepatnya di Lingkungan Karanglo, Gg 1/32, Kelurahan Wates, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto ada kampung lele.
Lewat sentuhan tangan kreatif mantan kuli bangunan, dengan memanfaatkan lahan rumah yang masih tersisa Totok Winaryo (46) sukses jadi pioner Kelompok Pembudidaya ikan (pokdakan), kelompok budidaya yang dinamai “wahyu lele 2” dengan memakai sistem kolam bioflok yang terbuat dari terpal.
Totok Winaryo menceritakan, awal mula merintis ini secara mandiri sejak 2022 Agustus tahun lalu, dulunya pernah mengikuti sejumlah pelatihan budidaya lele, keberanian dan mencoba adalah kunci dari sebuah usaha.
“Awalnya saya ikut KUBE, setelah dipelajari ternyata KUBE itu tidak bisa berjalan kalau dikelola banyak orang. Karena saling iri. Saya ambil pengalaman dari situ. Terus ikut pelatihan, dan kasih contoh dulu ke warga. Akhirnya banyak yang tertarik, alhamdulillah,” ucapnya saat ditemui di kediamannya, Minggu (19/3/2023).

Masih kata Totok, masing-masing peternak lele diharuskan memiliki minimal tiga kolam untuk mengawali usaha yang mampu meraih keuntungan 40 hingga 50 persen setiap kali panen ini.
“Akhirnya saya memberanikan diri membuat tiga kolam lele di halaman rumah yang bermodalkan uang Rp 3.000.000 dimana masing-masing kolam berisikan sekitar 5.000 bibit dengan kolam ukuran 56 Centimeter,” terangnya.
Lewat pengalaman dan usaha yang dilakukannya, akhirnya Totok mampu menularkan ke 13 anggota kelompok usaha yang dirintisnya tersebut, total ada sekarang ada 42 bioflok yang aktif.
Meskipun pemberian pakan terbilang mudah, namun ditangan Totok, pemberian pakan pun ada trik khususnya. Yakni, setiap tiga hari sekali jumlah pakan pelet yang diberikan untuk ribuan bibit haruslah bertambah takarannya hingga masa panen tiba.
Dihari pertama hingga ketiga setelah bibit lele di tabur ke bioflok hanya membutuhkan 3 ons pelet itu dibagi 1 ons pagi, 1 ons sore terakhir 1 ons malam jadi total 3 ons dan akan bertambah seterusnya sampai masa panen tiba. Bahkan bisa mencapai puluhan kilo perharinya.
Pria berusia 46 tahun ini harus rela berkeliling memantau angka PH dan kejernihan air setiap harinya di setiap kolam milik warga. Sebab angka PH dan tingkat kejernihan air kolam sangat mempengaruhi tumbuh kembang lele.
Baca Juga: Pemuda Mojokerto, Sukses Ternak Bebek Hibrida Beromzet Puluhan Juta
“Ada monitoring dan grading (penilaian) setiap harinya. Biar lele yang dihasilkan maksimal dan ukurannya memuaskan serta PH nya ga boleh diatas angka 8, kejernihan air juga pengaruh dibawah 30. Jadi pagi sore amoniaknya harus dibuang, biar panen maksimal,” ujarnya.
Untuk sistem panen kita dua bulan sekali, sedangkan Lele ini dijual ke tengkulak dengan harga Rp 18.000 perkilogram, dan Rp 21.000 perkilogram untuk warga yang ingin membeli langsung dari Pokdakan Wahyu Lele 2.
Kampung lele yang digagas oleh Totok dan warga yang tergabung dalam kelompok budidaya lele “Wahyu lele 2” pada kamis (16/2/2023) bulan lalu telah dikunjungi oleh Walikota Mojokerto Ika Puspitasari dengan mencanangkan kampung tersebut menjadi kampung lele.
“Kedepannya ia akan mengintegrasikan kampung lele dengan kelompok budidaya maggot untuk saling bersinergi, karena budidaya maggot akan dilakukan secara massif di 18 kelurahan se-Kota Mojokerto,” tambah neng Ita sapaan akbrabnya.


