Gabungan Komunitas di Mojokerto Gelar Peringatan 17 Agustus di Sungai Brantas
Mojokerto, Nawacita – Bendera Merah Putih berkibar di Perayaan 17 Agustus memperingati hari kemerdekaan Bangsa Indonesia ke 78. Kali ini cara unik dilakukan dengan menarik dan khidmat oleh masyarakat Indonesia, tak terkecuali di Mojokerto.
Beberapa gabungan dari Relawan, LPBI NU, Komunitas Relawan Indonesia (KRI) Majapahit, Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI),RED Clift, PMI Kota, Karang Taruna Winda Kirana, Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (Kormi), FMI, PALAEKOPRA, Skalamayapada, Arus Bawa, PODSI Kabupaten/Kota Mojokerto, FAJI Kota/Kabupaten Mojokerto turut serta melakukan upacara di Sungai Brantas.
Upacara tersebut digelar di Sungai Brantas dan Jembatan Gajah Mada yang terletak di Kecamatan Jetis. Sebelum upacara dilakukan, pembawa bendera dari gabungan antar komunitas tersebut mengawali start dari Jembatan Rejoto, Kota Mojokerto.
Pembawa bendera tersebut membentangkan bendera di atas perahu dari Jembatan Rejoto Kota menuju Jembatan Gajah Mada, yang kemudian dilanjutkan dengan penggibaran sang saka merah putih di Jembatan Gajah Mada.
Bendera merah putih yang dibentangkan dan diarak sepanjang Sungai Brantas tersebut bervariasi ukurannya, yang perahu di tunggangi para atlet membawa bendera 5×2 meter, perahu yang di tunggangi gabungan komunitas membawa bendera 7×2 meter, sedangkan bendera yang dikibarkan di jembatan berukuran 10×5 meter dengan ketinggian jembatan 12 meter.
Ketua Komunitas Relawan Indonesia (KRI) Majapahit, Muhammad Basuni mengatakan, tujuan menggelar upacara bendera di Sungai Brantas adalah untuk memperingati hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang ke 78 tahun.
“Selain itu, tujuan lain untuk menyatukan beberapa komunitas di kabupaten/Kota Mojokerto,” ucap Basuni, Kamis (17/8/2023).
Upacara yang dilakukan oleh beberapa Komunitas tersebut memang baru pertama kali dilakukan di Sungai Brantas.
“Insyaallah di lain waktu kita akan mengadakan kegiatan seperti ini lagi, rencananya pas waktu sumpah pemuda akan kami gelar upacara seperti ini lagi,” katanya.
Menurutnya, upacara yang digelar biasanya di Gunung, Alam, dan Tebing – tebing. Namun untuk tahun ini beda konsep yang biasanya dilakukan di tebing dan gunung sekarang di sungai.

“Karena masih pertama kali, problem pasti ada, seperti tadi sempat ada problem kompresor tidak mengisi secara maksimal, dan untuk kondisi angin sangat kondusif dan mendukung tadi,” ujarnya.
Basuni juga mengingatkan bahwa sungai bukan tempat sampah, karena sungai adalah bagian budaya dari Majapahit. Oleh karena itu bertepatan dengan hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia, ia mengajak pada semua masyarakat untuk peduli terhadap kelestarian sungai. Fio Atmaja